Mentalqin adalah menuntun seseorang
yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa
Allah. Mentalqin seseorang yang akan meninggal dunia disunnahkan bagi orang
yang ada di sisi orang yang akan meninggal dunia
لا إله إلا الله
Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal
dunia untuk mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin
seseorang yang akan meninggal dunia disunnahkan bagi orang yang ada di sisi
orang yang akan meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam:
لقنوا موتا كم لا إله إلا الله
“Tuntunlah seseorang yang akan
meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” 1
Dalam riwayat yang lain:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل
الجنة
“Barangsiapa yang ucapan
terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk surga”2
Hal- hal yang perlu diperhatikan
dalam masalah mentalqin diantaranya:
Apakah
Faedah Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia ?
Imam Al
Qurthubiy berkata: “Para ulama’ kami mengatakan bahwasanya mentalqin orang yang
akan meninggal dunia adalah merupakan sunnah dari para pendahulu ummat ini,
yang kemudian diamalkan oleh kaum muslimin hingga saat ini. Tujuannya adalah agar akhir ucapan yang keluar dari orang
yang akan meninggal dunia adalah “Laa ilaaha illa Allah”. Sehingga dia
menjadi orang yang berbahagia karena termasuk dalam golongan orang yang
dikatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل
الجنة
“Barangsiapa yang ucapan
terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk surga”3
Selain itu
untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap sesuatu yang dapat
menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi orang yang akan
meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya”4.
Batasan
Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia
Mentalqin orang
yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang kecuali
apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang lain maka hendaknya
diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat syahadat.
Imam
Al Qurthubiy berkata: “Apabila seorang yang akan meninggal dunia telah membaca
‘Laa Iaaha Illa Allah’ satu kali maka tidak perlu diulang lagi”.
Ibnu
Al Mubarak berkata: ”Talqinlah orang yang akan meninggal dunia dengan kalimat ‘Laa
Ilaaha Illa Allah’ dan jika telah mengucapakannya maka jangan diulangi
lagi”5.
Mengapa
Tidak Disyari’atkan Mengulang-ulang Talqin?
Imam al
Qurthubiy berkata: “ Telah mengatakan Abu Muhammad Abdul al Haq, hal tersebut
adalah dikarenakan jika orang yang akan meninggal dunia di-talqin secara
berulang-ulang ditakutkan ia merasa terusik dan bosan sehingga setan akan
membuatnya berat mengucapkan ‘Laa Ilaaha Illa Allah‘ dan kemudian akan
menjadi sebab jeleknya akhir hayatnya”.
Al Hasan bin
Isa mengatakan: “Ibnu al Mubarak telah berkata kepadaku: Talqinlah dengan
kalimat syahadat dan janganlah kamu mengulangnya kecuali jika ia mengucapkan
kalimat yang lain.Tujuan talqin adalah agar seseorang meninggal dunia sedangkan
di hatinya tidaklah ada kecuali Allah,karena pusara hal ini adalah hati. Amalan hati yang akan dilihat dan amalan hati yang merupakan
sebab keselamatan. Adapun amalan lisan yang bukan merupakan terjemah apa yang
ada di dalam hati maka tidaklah berfaedah”.
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Syubrumah ia mengatakan, “Aku bersama Amir bin asy Sya’biy
mendatangi seorang laki-laki yang sakit dan kami menjumpainya akan meninggal
dunia dan seorang laki-laki mentalqinkan kalimat syahadat kepadanya. Laki-laki yang mentalqin tadi mengatakan, ucapkanlah ‘laa
ilaaha illa Allah‘ dan terus-menerus mengulanginya.Melihat hal itu maka asy
Sya’biy mengatakan: “Bersikap lembutlah kepada saudaramu”. Orang
yang sakit tadi lantas berbicara: ‘Baik engkau mentalqinkanku atau tidak, aku
tidaklah akan meninggalkannya’. Lalu ia membaca firman Allah ta’ala:
وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى
وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا
“Dan Allah mewajibkan mereka
kalimat taqwa dan mereka berhak terhadap kalimat tersebut dan patut
memilikinya”6.
Asy Sya’biy mengatakan: ‘Segala puji
bagi Allah yang telah menyelamatkan sahabat kami ini’“7
.
Kekeliruan
Dalam Mentalqin
Bukanlah yang
dinamakan mentalqin dengan menyebut-nyebut kalimat syahadat di depan orang
orang akan meninggal dunia dan memperdengarkannya, akan tetapi dengan
memerintahkan seseorang yang akan meninggal dunia agar mengucapkannya. Dalilnya adalah Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabat
dari kalangan Anshar lalu mengatakan:
يا خال! قل: لا إله إلا الله، فقال:
أخال أم عم؟ فقال: بل خال، فقال: فخير لي أن أقول: لا إله إلا الله؟ فقال النبي
صلى الله عليه وسلم: نعم
“Wahai
paman, ucapkanlah: “Laa ilaaha illa Allah.” Beliau bertanya: “Apakah paman dari
pihak ibu atau bapak? Jawabnya: “Dari pihak ibu”. Maka ia berkata: “Apakah
lebih baik bagi diriku untuk mengucapkan: “Laa ilaaha illa Allah?” . Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ya”8.
Mentalqin
dengan mengingatkan hadits tentang talqin
Imam al
Qurthubiy mengatakan: “Dan kadang kala talqin dilakukan dengan menyebutkan
hadits tentang talqin di sisi seorang yang alim sebagaimana disebutkan oleh Abu
Nu’aim bahwasanya Abu Zur’ah sedang dalam keadaan akan meninggal dunia dan di
sisinya ada Abu Hatim, Muhammad bin Salamah, Mundzir bin Syaadzaan dan sekelompok
ulama’ yang lainnya. Lalu mereka menyebutkan hadits
talqin namun merasa malu terhadap Abu Zur’ah. Lantas mereka mengatakan, wahai
sahabat- sahabat kami marilah kita mengingat-ingat kembali hadits tentang
talqin. Abu Maslamah berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami Adh Dhahak bin
Makhlad,telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim, ia berkata telah
menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib….
dan Abu Masalamah tidak melanjutkan sementara yang lain diam. Berkata Abu Zur’ah
sedangkan beliau dalam keadaan akan meninggal dunia: Telah menceritakan kepada
kami Abu ‘Ashim dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib dari
Katsir bin Murrah al Hadhramiy dari Mu’ad bin Jabal berkata, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل
الجنة
“Barangsiapa yang ucapan
terakhirnya adalah ‘Laa ilaaha illa Allah’ maka akan masuk surga”.
Dan dalam riwayat lain:
حرمه الله على النار
“Allah mengharamkannya dari api
neraka”
Dan akhirnya beliau rahimahullah
meninggal dunia” 9.
Demikian, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bish shawab.
Catatan kaki
2 HR. Abu
Dawud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy dalam Irwa’ul Ghalil, no.
679, Maktabah Syamilah.
3 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy
dalam Irwa’ul Ghalil, no. 679, Maktabah Syamilah.
8 HR. Ahmad, Syaikh Al-Albaniy mengatakan: “Sanadnya
shahih sesuai dengan syarat Imam Muslim”, Ahkamul Janaiz, hal. 20
sebagaimana disebutkan dalam al Mausu’ah al Fiqhiyah al Muyasarah:4/38,
Cet: Dar Ibnu Hazm
—
Penulis: Ustadz Abu
Qushaiy Zaenuddin
Artikel Muslim.Or.Id