Sunday 6 October 2013

DAKWAH KONTEMPORER


 
 Islam dalam pandangan Max Muller merupakan salah satu agama misi/dakwah di dunia, di samping Yahudi, Katolik, Kristen, dan Budha. Kesimpulan Muller tersebut tidak bias dibantah, karena memang Islam begitu adanya. Apalagi jika merujuk beberapa ayat Alquran yang mengandung isyarat-isyarat tentang dakwah seperti dalam (QS, 16:125) dan (QS, 41:33), memperkuat bahwa Islam adalah agama dakwah atau agama "misi", yaitu agama yang harus disampaikan kepada manusia.>>>>

Persoalannya ialah bagaimana Islam didakwahkan kepada manusia/masyarakat (mad'u) yang multibudaya, beraneka ragam suku, agama, ras, dan profesi. Mengacu pendapat antropolog Koentjaraningrat (1974:9), di Indonesia saja terdapat lebih dari 300-an suku bangsa dan beragam bahasa ibu, sehingga bagi pelaku dakwah (dai) merupakan tantangan cukup serius guna melakukan pendekatan dakwah dengan beragam metode yang lebih kontekstual.
Keanekaragaman masyarakat dalam scope lebih makro juga tidak bisa dikesampingkan pengaruhnya terhadap cara dan topik material dakwah yang harus diperhatikan dai, termasuk dalam perhatian ini ialah isu-isu kontemporer berkaitan dengan dakwah. Misalnya, isu tentang hak asasi manusia (HAM) hubungannya dengan isyarat toleransi poligami dalam Islam.
Poligami dalam Islam ditolelir, meskipun dengan syarat sangat ketat dan bersifat situasional. Ini adalah hak bagi seorang Muslim, namun hak poligami tersebut kurang direspons oleh kaum Muslimat. Bahkan, dalam beberapa kasus dai poligami di Indonesia, setelah dai tersebut poligami reputasinya memudar, jika tidak mau dikatakan ditinggalkan umat. Persoalan dakwah seperti tersebut di atas, belum mencakup persoalan-persoalan pada ranah pendidikan, ketahanan social, dan lingkungan hidup.
Dalam persoalan pendidikan misalnya, lingkungan pendidikan yang bersih, berorientasi keunggulan (excellence) belum mampu dilakukan oleh para dai, aktivis pendidikan pada khususnya. Sekolah-sekolah "Islam" yang dianggap unggul dan memenuhi standar masih bisa dihitung jari. Sekolah Islam masih bersifat labeling dan belum mampu mewujudkan dirinya sesuai pesan moral bahwa Islam itu unggul dan tak ada yang mengungguli (Islam ya'lu wala yu'la alaih). Lebih dari 3000-an perguruan tinggi Islam di Jawa Barat, misalnya, belum menunjukkan indikasi umat Islam maju dan lebih baik peradabannya.

Semangat dakwah melalui pendidikan unggul belum menyentuh realitas kehidupan umat Islam, padahal statistik umat Islam menunjukkan mayoritas. Bahkan, sebagian umat Islam sendiri terkesan "alergi" menyekolahkan anaknya ke sekolah Islam, dengan alasan kurang berkualitas. Menyekolahkan anak saja tidak mau, apalagi peduli membangun pendidikan unggul bagi umat Islam. Ini adalah persoalan dakwah.
Dakwah belum mewujud pada tataran praksis-empiris dalam karya faktual. Para dai belum mampu menjadi lokomotif bagi pembangunan dan pengembangan umat Islam dengan pendekatan dakwah kolektif, yaitu dakwah bi al-hal yang strategis dilakukan pada masa sekarang.
Isu dakwah lainnya ialah kerusakan lingkungan, alam, lautan, maupun lingkungan tempat di mana manusia bermukim. Jarang sekali kita menyaksikan para dai mengusung isu lingkungan hidup sebagai topik dakwah, baik dalam ceramah; lebih-lebih dakwah dengan cara aksi seperti penanaman pohon atau sekadar membuang sampah pada tempatnya. Isu lingkungan hidup seolah hanya komoditas para pakar lingkungan hidup yang bicara dari satu hotel ke hotel lain.
Padahal, isu tersebut dalam Alquran maupun dalam hadis Nabi isyaratnya sangat implisit. Manusia dilarang melakukan kerusakan lingkungan sekecil apa pun. Karena merupakan larangan, maka pelakunya harus dihukum berat. Pelanggaran terhadap kerusakan lingkungan hidup sebanding dengan umat yang melakukan pembunuhan. Bahkan, jika kita melihat akibat buruk dari kerusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan akibat penebangan liar, harus dibalas dengan kerugian materi dan bahkan korban jiwa. Keadaan demikian merupakan fitah al-qubra (fitnah besar) pada zaman sekarang yang harus diperhatikan umat Islam, para dai pada khususnya.
Tugas berat para dai lainnya ialah isu melemahnya karakter generasi muda. Arus materialisme, yaitu mengukur sesuatu kebenaran dengan materi seolah tak disadari telah masuk pada jiwa generasi muda. Karakter masyarakat yang berakar pada tradisi lokal, seperti ketahanan, kesabaran, dan hidup berorientasi pada nilai, sudah diganti dengan pola hidup serbainstan, materialistis, dan hedonistis. Tema dakwah mestinya berorientasi pada upaya memberi alternatif dan solutif bagaimana menyadarkan umat bahwa ketahanan berkarakter sangat penting. Kuatnya karakter masyarakat menghasilkan generasi tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.
Rekonseptualisasi  Praktik dakwah yang selama ini dilakukan stagnan dan hanya berkutat pada dakwah bi al-lisan (dakwah ucapan). Oleh karena itu, para dai perlu melakukan "rekonseptualisasi" dakwah. Dakwah tidak harus dipahami "proses penyampaian Islam (ayat quraniah) secara lisan kepada manusia", lebih-lebih mengajak umat non-Muslim masuk Islam ("Islamisasi"). Sudah mesti disosialisasikan bahwa dakwah ialah "pengembangan sikap dan tindakan nyata bagi kesejahteraan umat" yang berakar pada tradisi unggul Islam dan peradaban manusia. Tabligh dan atau ceramah hanya bagian kecil cara dakwah yang efektivitasnya cukup terbatas. Sebaliknya, dakwah dengan metode pendekatan kolektif atau dakwah bi al-hal seperti lewat pendidikan dan penguatan karakter umat begitu dibutuhkan dan sangat futuristik.
Tugas tersebut tak hanya dibebankan kepada Lembaga Studi Dakwah, seperti universitas atau organisasi sosial keagamaan, namun lebih penting juga ialah kesadaran seluruh elemen umat Islam bagi perbaikan akhlak manusia. Kenapa dakwah bi al-hal ini begitu strategis, selain hanya bisa dilakukan secara kolektif dan keikutsertaan seluruh komponen umat, juga segala wujud hasilnya dapat dipelihara umat, sehingga menjadi tanggung jawab bersama.
Rekonseptualisasi pemahaman dakwah dari "ucapan" ke "tindakan" membutuhkan fundamen pikiran kuat dan sosialisasi berkesinambungan. Dalam praktiknya, mengacu pendapat edukator Prof Ahmad Tafsir, tahapan-tahapan berikut mesti dilakukan; Pertama, keteladanan para dai. Konsep uswatun hasanah tak cukup diungkapkan melalui lisan, namun harus diungkapkan pula lewat tindakan. Kedua, pembiasaan dalam melakukan amal baik.
Ketiga, jika perlu melakukan tindakan hukuman. Memberi sanksi kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran. Memberi sanksi tak mesti diasosiasikan dan diserahkan kepada pihak berwajib seperti polisi. Sanksi sosial dan moral yang dilakukan masyarakat, bahkan lebih efektif dalam konteks kultural masyarakat kita. Oleh karenanya, sanksi sosial yang dilakukan masyarakat sangat paralel dengan keharusan melakukan penguatan karakter masyarakat yang berakar pada nilai-nilai tradisi agama maupun tradisi lokal masyarakat.

 DASAR-DASAR ILMU DAKWAH

A.   Subjek Dakwah (Dai)
 KataDa’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Menurut IstilahDa’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, ataupun perbuatan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran Islam.3 Sedangkan menurut kamus besar bahasa IndonesiaDa’i adalah orang yang kerjanya berdakwah; pendakwah: melalui kegiatan dakwah , menyebarluaskan ajaran agama.4Da’i dalam istilah lain disebut sebagai subjek dakwahseorangDa’i harus memiliki keistiqomahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-quran.
Da’i adalah serang pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat keselamatan  hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu seorang dai memiliki kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah masyarakat, dia menjadi figur bagi masyarakat. Pada dasarnya seorangDa’i memiliki tugas yang pokok yaitu meneruskan tugas rasul Muhammad saw, sebagai pewaris nabi yaitu menyampaikan ajaran Allah seperti yang termuat dalam Al-Quran, dan juga menyampaikan ajaran Rasul saw (as- sunnah).

B.   Pesan Dakwah (Maudu)
Pesan atau materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan olehDa’i kepada mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Secara umum pokok isi Al-Quran meliputi:
  1. akidah
  2. ibadah
  3. muammalah
  4. akhlak
  5. sejarah
6.    prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya.
  1. lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman
C. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya. Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut kelasnya masing-masing serta menurut lapangan kehidupannya

D. Metode Dakwah (Uslub)
Di dalam al-Quran, ayat yang menyebut perkataan uslub sebenarnya tidak ada. Apa yang ada ialah pemahaman yang boleh diambil sewaktu Allah swt berfirman memerintah manusia menyeru ke jalan-Nya.
Apabila persoalan uslub didalam ayat tersebut diletakkan selepas daripada seruan dakwah, ayat tersebut menunjukkan bahwa uslub adalah perkara ke dua. Perkara paling utama adalah menyeru manusia terlebih dahulu, barulah berbincang mengenai uslub dakwah.

E. Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media tradisional (gendang, rebana, bedug, siter, suling, wayang, dll), media modern (telephone, radio, tape recorder, surat kabar, buku, majalah, brosur, poster, dan pamplet), dan perpaduan kedua media tradisional dan modern (wayang, sandiwara yang bernuansa Islam dan ditayangkan televisi).

F. Tujuan Dakwah (maqasaid)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Meskipun definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifistasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.

A. Al-Hikmah
Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Allah. Dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan seorang da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.

B. Mau’izhah
Metode ini dipergunakan untuk meyuruh atau mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah. Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan masih berpegang pada adat istiadat yang turun temurun. Kepada mereka ini hendak disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti

C. Mujadalah
Metode ini digunakan untuk menyeru dan mengajak orang-orang yang masuk golongan orang-orang yang masuk golongan pertengahan, yaitu orang yang tidak terlalu tinggi atau pendidikannya, dan tidak pula terlalu rendah.  Mereka sudah dapat diajak bertukar fikiran secara baik, dalam mencari kebenaran. Dan tidak terlalu sulit menerima dakwah yang disampaikan kepada mereka Berdasarkan firman Allah SWT.


           1. PERCAYA PADA MABDA’ ISLAM
  • Bahwa Islam adalah din yang diridhai Allah SWT dan sesuai dengan fitrah manusia
2. BERANI DAN TEGAS
  • Berani karena benar. Keberanian para pejuang kebatilan lebih berhak dimiliki oleh para da’i
3. SERIUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH
  • Dakwah menentukan tegak tidaknya Islam. Dakwah menentukan mulia tidaknya umat Islam. Dan dakwah Islam menentukan selamat tidaknya hidup kita di dunia dan akhirat. Maka, dakwah harus dihadapi sebagai persoalan hidup atau mati.
4. SABAR DAN TEGUH JIWA
  • Dakwah akan berhadapan dengan sejuta rintangan. Seorang da’i harus sabar dan teguh jiwa untuk menghadapi semua. Orang yang ingin menghancurkan Islam saja melakukannya dengan penuh kesabaran
  • Kehancuran Islam sudah demikian lama, secara sunatullah memerlukan waktu yang lama pula untuk membangunnya kembali
  • Sabar bersumber dari kesadaran bahwa semua memerlukan proses, dan keberhasilan adalah semata buah dari proses itu.
  • Keteguhan jiwa bersumber dari kekuatan ruhiyah dibina melalui ibadah mahdah (shalat malam, puasa sunnah, dzikr, membaca al-Qur’an dsb)
5. TAK HENTI TERUS BELAJAR
  • Tidak ada kata berhenti belajar buat para da’i untuk terus menambah pengetahuan akan pemikiran, ide, hukum dan tsaqafah Islam (bhs Arab, fiqh, sirah dsb)
  • Dari belajar, pemahaman bertambah, kesalahan diperbaiki sehingga kemampuan dalam berdakwah semakin meningkat.
  • Belajar melalui membaca, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Serta belajar dari pengalaman. Maka seorang da’i tidak boleh berhenti mencoba hal baru dan berdialog dengan orang lain. Sikap open minded sangat penting bagi seorang da’i
6. TAK HENTI MEMPERBAIKI DIRI
  • Da’i menjadi cermin pengetahuan dan pengamalan Islam bagi masyarakat. Maka, seorang da’i harus terus memperbaiki diri.
  • Seorang da’i harus mengamalkan apa yang diserunya. Melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar
  • Dengan perbaikan terus menerus, akhlaq, ibadah, muamalah, keluarga dan semua yang tampak dari seorang da’i makin sempurna
  • Kesalahan seorang da’i akan berdampak lebih buruk daripada kesalahan orang biasa
7. BISA BEKERJASAMA
  • Dakwah bagi tegaknya mabda Islam harus dilakukan secara berjamaah. Tidak bisa sendirian. Membangun rumah saja perlu banyak orang, apalagi membangun rumah umat….
  • Seorang da’i harus bisa bekerjasama, terutama dengan sesama anggota jamaah dakwah
  • Keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap istiqamah dalam dakwah serta upaya perbaikan dan pembelajaran terus menerus lebih mudah dilakukan dalam jamaah

 KONDISI UMAT
MASA RASULULLAH SAW, DAN MASA KINI
Tanggapan Umat

Dakwah Islam sejak dibawa Nabi Muhammad Rasulullah kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan diikuti dengan lahirnya Dinasti Umayah dan Abasiyah dengan ujung kekhalifahan tahun 1927 di Turki, maka kita akan mendapat gambaran yang lebih besar tentang upaya umat Islam untuk menegakkan nilai-nilai islam yang diyakininya.
Pertama kita bisa menginterpretasikan sebuah kerangka perjalanan umat Islam itu lahir karena krisis sosial, ekonomi serta politik. Ketidakpuasan terhadap lingkungan yang penuh dengan kezaliman dan kejahatan, maka penerapan atau aplikasi nilai Islam dalam kehidupan telah melahirkan berbagai respon dari berbagai lapisan umat.
Untuk kondisi saat ini, umat islam ada yang berbentuk sebuah gerakan dakwah yang kemudian terlembagakan dalam bentukan unit politik yang disebut negara, namun ada pula yang meniupkan kebangkitan Islam untuk lepas dari kebodohan, kemiskinan dan penindasan penjajah dari Barat. Dari tabel itu terlihat bahwa upaya umat Islam untuk bangkit tidak hanya muncul di Indonesia. Gerakan itu sudah muncul di berbagai wilayah di muka bumi yang dihuni umat Islam.
Para sahabat Rasulullah saw, adalah umat yang sangat mencintainya dan senantiasa membelanya mati-matian, sedangkan saat ini saat Nabi Muhammad saw, dihina ada sebagian umat islam yang acuh tak acuh bahkan cenderung mendukung penghinaan tersebut.
Kalau rentang waktu dibentangkan sejak Nabi Muhammad membawa obor yang jadi Rahmat Seluruh Alam, maka kita akan menyaksikan betapa gerakan dakwah yang ada di Indonesia itu hanyalah satu titik dari rangkaian seluruh perjuangan umat Islam untuk menyelamatkan umat manusia. Jika gerakan di Indonesia itu diletakkan dalam kerangka waktu sejarah umat manusia sejak Nabi Adam, maka tiadalah artinya. Titiknya bahkan tidak terlihat lagi karena Indonesia sebagai sebuah negara nasional atau unit politik modern yang mengikuti pola Barat baru lahir tahun 1945.
Respon umat terhadap dakwah islam saat ini ada yang berbentuk kultural sosial dan ada pula yang berbentuk struktural sebagai sebuah pendekatan untuk menegakkan citra Islam di masyarakatnya. Kembali kita lihat bahwa sesungguhnya respon terhadap lingkungan itu menjadi sebuah makna apabila pimpinan gerakan dan elit di sekitarnya mampu menterjemahkan nilai-nilai normatif itu menjadi sebuah petunjuk praktis untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
Persoalan hidup pada era globalisasi sekarang telah melahirkan banyak tantangan bagi gerakan dakwah, namun semua itu masih kurang tersentuh karena sebagian belum menemukan format yang tepat dengan perubahan lingkungan yang merupakan ayat-ayat yang seharusnya dipikirkan dengan akal budi manusia.
Problematika Dakwah Masa Kini.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau­pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda­patkan hiburan (enter­tain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin mem­buka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
 Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya.
Lima hal yang harus dilakukan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif :24
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi serta berkelanjutan. Bukan hanya Ilmu tabligh, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.

Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut kembali remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang sangat berharga. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
Pesan serta metode dakwah harus disesuaikan dengan mad’u agar dakwah kita berhasil. Berikut ragam pesan dakwah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mad’u :
a.       Nasihat yang baik Berisi pengajaran Berisi pembinaan moral
b.      Memberi Motivasi dan Ancaman. Memberi motivasi dan kabar  
gembira.Dengan janji, berisi janji-janji Allah bagi manusia yang taat, baik untuk di dunia maupun di akhirat. Dengan menyertakan macam-macam bentuk ketaatan Memberi ancaman dan peringatan
Diberi azab, bagi orang yang inkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya. Baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu Diberi azab di akhirat kelak Siksa mental di hari kiamat
Hukuman atas dosa yang bermacam-macam
c.       .Memberi contoh-contoh bijak Kisah-kisah orang taat masa lalu dan kini
Perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah Melihat sifat orang-orang terpuji  Mad’u utama bagi setiap da’1 adalah keluarga dan kerabatnya yang terdekat, karena dengan demikian ia telah membuat model mad’u yang dapat ditiru oleh mad’u yang lebih luas. Kemudian seorang da’i harus mengkaji dan mempertimbangkan metode pendekatan spiritual dengan mad’u, antara lain melalui shalat, dzikir, doa, silaturahim, dan sebagainya. Sehingga ada ikatan batin yang kuat dan pesan dakwah pun akan mudah diterima, serta tujuan dakwah dapat tercapai dengan paripurna. Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah); gerakan yang penuh moderat (shahwah mu’tadilah), terpada, terkendali, berkesinambunag dan
jauh dari unsur ekstrimisme (at-tatharruf)25
Pola Dakwah yang cocok di daerah saya :
1.      Berpegang teguh pada Qur’an dan Sunnah, qiyas dan Ijma.
2.      Merubah paradigma umat yang lebih mementingkan urusan dunia ketimbang akhirat,
3.      Mengikis ajaran-ajaran bid’ah secara perlahan tapi pasti dengan memberikan pemahaman islam yang benar dan murni serta menyeluruh (kaffah),
4.      Melaksanakan program Bhakti social, agar masyarakat sebagai mad’u merasa diperhatikan oleh sesamanya, terutama oleh para da’i,
5.      Dakwah yang senantiasa actual dalam menjawab permasalahan umat yang terjadi, terutama tantangan budaya dan masalah ekonomi serta kepemimpinan,
6.      Dakwah dengan ramah bukan dengan arogan dan ekstrim,
7.      Dakwah dengan mengajak bukan mengejek,
8.      Pendakwah harus aktif di masyarakat untuk menunjukkan eksistensi,
9.      Berusaha untu menunjukkan perilaku yang ideal sebagai dakwah bil hal,
10.  Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat,
11.  Berkoordinasi dengan para tokoh masyarakat,
12.  Menggerakkan para remaja sebagai motor pergerakan dakwah,
13.  Dakwah dengan terus-menerus dan tahan uji serta rintangan,
14.  Mempelajari kondisi dan situasi mad’u dengan seksama dan berkesinambungan,
15.  Senantiasa memperdalam ilmu keislaman dan ilmu lainnya sebagai pelengkap.
PELAJARAN YANG DIAMBIL DARI
PERJALANAN DAKWAH NABI SAW, SAMPAI
BANI ABBASIYAH

           Pelajaran yang dapat kami ambil dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw, sampai pemerintahan dinast Abbasiyah adalah :
1.      Memberi gambaran yang jelas tentang tahapan dakwah yang harus dilakukan   oleh setiap da’i.
2.      Memotivasi para da’i bahwa kelak akan datang pertolongan Allah dalam  
Dakwah.
3.      Memberi gambaran tentang model masyarakat ideal, yakni masyarakat madinah    yang telah menjalankan syariat Islam secara kapah.
4.      Membangunkan kembali umat islam yang telah lama tidur.
5.      Menyadarkan umat islam tentang pentingnya dakwah
6.      Menyadarkan kembali umat islam tentanng idiolohi islam yang sesunguhnya .
7.      Menyadarkan umat islam kembali kepada jalan yang lurus yang di contohkan  oleh Rasululah Saw.
8.      Mengingatkan kembali umat islam yang telah lupa dengan islamnya sendiri.
9.      Memberi kabar gembira akan kebangkitan umat islam kembali di dunia.
10.  Mengingatkan kembali umat islam tentang akhlak islam yang di contohkan   oleh Rasululah Saw.
11.  Memberi gambaran tentang kondisi mad’u yang berpareasi dan metode dakwah yang diterapkan.
12.  Menumbuhkan kesadaran untuk membina kader kader dakwah secara        konsisten dan terarah, sehinga siap menghadapi tantangan dakwah.
13.  Memberikan gambaran bahwa dakwah adalah kegiatan yang harus di lakukan   terus menerus.
14.  Memberikan gambaran tentang strategi dakwah Rasululah Saw yang epektip   dengan hasil yang optimal.
15.  Keharusan berdakwah di lakukan bersama-sama




DAFTAR KEPUSTAKAAN



Adaban Islam, El-Moesa Production. Yogyakarta. 2006.

Al-Buthy. Muhammad Said Ramadhan. Fiqhus-Sirah, Darul Fikry, cet. 2 th. 1980.

al-Qarni, A’id Abdullah. Alqur’an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung. Sahara Publishers Jakarta. 2005.

Artikel “Problematika Dakwah Masa Kini”, karya RB. Khatib Pahlawan Kayo.2005

As-Siba’i, Mustafa. Peradaban Islam Dulu, Kini, dan Esok. Gema Insani Press. Jakarta. 1993.

Film Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah (570-1924) Seri 1 Membangun    Per-            
Jakarta. 1995.

Khalid, Khalid Muh. Kharakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, CV Penerbit Dipenogoro, Bandung, 1981.

Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung. Pustaka Setia. 2002.

Quthb, Muhammad. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam?. Gema Insani Press.

Rus’an. Lintasan Sejarah Islam. Penerbit Wicaksana. Semarang. Cetakan II. 1981

Nasr, Sayid Husen. Muhammad Kekasih Allah. Penerbit Mizan. Cetakan V. 1993

Tabloid Hidayah, Pelajaran penting dari Hijrah Nabi saw, edisi 20-Dzulhijjad 1423 H/Maret 2003

Wikipedia, Bani Umayah dan Bani Abbasiyah, diakses tanggal 2 April 2008


No comments:

Post a Comment