Islam dalam pandangan Max Muller merupakan
salah satu agama misi/dakwah di dunia, di samping Yahudi, Katolik, Kristen, dan
Budha. Kesimpulan Muller tersebut tidak bias dibantah, karena memang Islam
begitu adanya. Apalagi jika merujuk beberapa ayat Alquran yang mengandung
isyarat-isyarat tentang dakwah seperti dalam (QS, 16:125) dan (QS, 41:33),
memperkuat bahwa Islam adalah agama dakwah atau agama "misi", yaitu
agama yang harus disampaikan kepada manusia.>>>>
Persoalannya ialah bagaimana Islam
didakwahkan kepada manusia/masyarakat (mad'u) yang multibudaya, beraneka ragam
suku, agama, ras, dan profesi. Mengacu pendapat antropolog Koentjaraningrat
(1974:9), di Indonesia saja terdapat lebih dari 300-an suku bangsa dan beragam
bahasa ibu, sehingga bagi pelaku dakwah (dai) merupakan tantangan cukup serius
guna melakukan pendekatan dakwah dengan beragam metode yang lebih kontekstual.
Keanekaragaman masyarakat dalam scope lebih makro juga
tidak bisa dikesampingkan pengaruhnya terhadap cara dan topik material dakwah
yang harus diperhatikan dai, termasuk dalam perhatian ini ialah isu-isu
kontemporer berkaitan dengan dakwah. Misalnya, isu tentang hak asasi manusia (HAM)
hubungannya dengan isyarat toleransi poligami dalam Islam.
Poligami dalam Islam ditolelir,
meskipun dengan syarat sangat ketat dan bersifat situasional. Ini adalah hak
bagi seorang Muslim, namun hak poligami tersebut kurang direspons oleh kaum
Muslimat. Bahkan, dalam beberapa kasus dai poligami di Indonesia, setelah dai
tersebut poligami reputasinya memudar, jika tidak mau dikatakan ditinggalkan
umat. Persoalan dakwah seperti tersebut di atas, belum mencakup
persoalan-persoalan pada ranah pendidikan, ketahanan social, dan lingkungan
hidup.
Dalam persoalan pendidikan misalnya,
lingkungan pendidikan yang bersih, berorientasi keunggulan (excellence) belum
mampu dilakukan oleh para dai, aktivis pendidikan pada khususnya.
Sekolah-sekolah "Islam" yang dianggap unggul dan memenuhi standar
masih bisa dihitung jari. Sekolah Islam masih bersifat labeling dan belum mampu
mewujudkan dirinya sesuai pesan moral bahwa Islam itu unggul dan tak ada yang
mengungguli (Islam ya'lu wala yu'la alaih). Lebih dari 3000-an perguruan tinggi
Islam di Jawa Barat, misalnya, belum menunjukkan indikasi umat Islam maju dan
lebih baik peradabannya.
Semangat dakwah melalui pendidikan
unggul belum menyentuh realitas kehidupan umat Islam, padahal statistik umat
Islam menunjukkan mayoritas. Bahkan, sebagian umat Islam sendiri terkesan
"alergi" menyekolahkan anaknya ke sekolah Islam, dengan alasan kurang
berkualitas. Menyekolahkan anak saja tidak mau, apalagi peduli membangun
pendidikan unggul bagi umat Islam. Ini adalah persoalan dakwah.
Dakwah belum mewujud pada tataran
praksis-empiris dalam karya faktual. Para dai belum mampu menjadi lokomotif
bagi pembangunan dan pengembangan umat Islam dengan pendekatan dakwah kolektif,
yaitu dakwah bi al-hal yang strategis dilakukan pada masa sekarang.
Isu dakwah lainnya ialah kerusakan
lingkungan, alam, lautan, maupun lingkungan tempat di mana manusia bermukim.
Jarang sekali kita menyaksikan para dai mengusung isu lingkungan hidup sebagai
topik dakwah, baik dalam ceramah; lebih-lebih dakwah dengan cara aksi seperti
penanaman pohon atau sekadar membuang sampah pada tempatnya. Isu lingkungan
hidup seolah hanya komoditas para pakar lingkungan hidup yang bicara dari satu
hotel ke hotel lain.
Padahal, isu tersebut dalam Alquran
maupun dalam hadis Nabi isyaratnya sangat implisit. Manusia dilarang melakukan
kerusakan lingkungan sekecil apa pun. Karena merupakan larangan, maka pelakunya
harus dihukum berat. Pelanggaran terhadap kerusakan lingkungan hidup sebanding
dengan umat yang melakukan pembunuhan. Bahkan, jika kita melihat akibat buruk
dari kerusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan akibat penebangan liar,
harus dibalas dengan kerugian materi dan bahkan korban jiwa. Keadaan demikian
merupakan fitah al-qubra (fitnah besar) pada zaman sekarang yang harus diperhatikan
umat Islam, para dai pada khususnya.
Tugas berat para dai lainnya ialah
isu melemahnya karakter generasi muda. Arus materialisme, yaitu mengukur
sesuatu kebenaran dengan materi seolah tak disadari telah masuk pada jiwa
generasi muda. Karakter masyarakat yang berakar pada tradisi lokal, seperti
ketahanan, kesabaran, dan hidup berorientasi pada nilai, sudah diganti dengan
pola hidup serbainstan, materialistis, dan hedonistis. Tema dakwah mestinya
berorientasi pada upaya memberi alternatif dan solutif bagaimana menyadarkan
umat bahwa ketahanan berkarakter sangat penting. Kuatnya karakter masyarakat
menghasilkan generasi tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.
Rekonseptualisasi Praktik dakwah yang selama ini dilakukan
stagnan dan hanya berkutat pada dakwah bi al-lisan (dakwah ucapan). Oleh karena
itu, para dai perlu melakukan "rekonseptualisasi" dakwah. Dakwah
tidak harus dipahami "proses penyampaian Islam (ayat quraniah) secara
lisan kepada manusia", lebih-lebih mengajak umat non-Muslim masuk Islam ("Islamisasi").
Sudah mesti disosialisasikan bahwa dakwah ialah "pengembangan sikap dan
tindakan nyata bagi kesejahteraan umat" yang berakar pada tradisi unggul
Islam dan peradaban manusia. Tabligh dan atau ceramah hanya bagian kecil cara
dakwah yang efektivitasnya cukup terbatas. Sebaliknya, dakwah dengan metode
pendekatan kolektif atau dakwah bi al-hal seperti lewat pendidikan dan
penguatan karakter umat begitu dibutuhkan dan sangat futuristik.
Tugas tersebut tak hanya dibebankan
kepada Lembaga Studi Dakwah, seperti universitas atau organisasi sosial
keagamaan, namun lebih penting juga ialah kesadaran seluruh elemen umat Islam
bagi perbaikan akhlak manusia. Kenapa dakwah bi al-hal ini begitu strategis,
selain hanya bisa dilakukan secara kolektif dan keikutsertaan seluruh komponen
umat, juga segala wujud hasilnya dapat dipelihara umat, sehingga menjadi
tanggung jawab bersama.
Rekonseptualisasi pemahaman dakwah
dari "ucapan" ke "tindakan" membutuhkan fundamen pikiran
kuat dan sosialisasi berkesinambungan. Dalam praktiknya, mengacu pendapat
edukator Prof Ahmad Tafsir, tahapan-tahapan berikut mesti dilakukan; Pertama,
keteladanan para dai. Konsep uswatun hasanah tak cukup diungkapkan melalui
lisan, namun harus diungkapkan pula lewat tindakan. Kedua, pembiasaan dalam
melakukan amal baik.
Ketiga, jika perlu melakukan
tindakan hukuman. Memberi sanksi kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran.
Memberi sanksi tak mesti diasosiasikan dan diserahkan kepada pihak berwajib
seperti polisi. Sanksi sosial dan moral yang dilakukan masyarakat, bahkan lebih
efektif dalam konteks kultural masyarakat kita. Oleh karenanya, sanksi sosial
yang dilakukan masyarakat sangat paralel dengan keharusan melakukan penguatan
karakter masyarakat yang berakar pada nilai-nilai tradisi agama maupun tradisi
lokal masyarakat.
DASAR-DASAR ILMU DAKWAH
A. Subjek Dakwah (Dai)
KataDa’i
berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Menurut IstilahDa’i
adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak
langsung, melalui lisan, tulisan, ataupun perbuatan kearah kondisi yang lebih
baik menurut ajaran Islam.3 Sedangkan menurut kamus besar bahasa IndonesiaDa’i
adalah orang yang kerjanya berdakwah; pendakwah: melalui kegiatan dakwah ,
menyebarluaskan ajaran agama.4Da’i dalam istilah lain disebut sebagai subjek
dakwahseorangDa’i harus memiliki keistiqomahan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan
Al-quran.
Da’i adalah serang pemandu bagi orang-orang yang ingin
mendapat keselamatan hidup baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu seorang dai memiliki kedudukan yang
sangat penting di tengah-tengah masyarakat, dia menjadi figur bagi masyarakat.
Pada dasarnya seorangDa’i memiliki tugas yang pokok yaitu meneruskan tugas
rasul Muhammad saw, sebagai pewaris nabi yaitu menyampaikan ajaran Allah
seperti yang termuat dalam Al-Quran, dan juga menyampaikan ajaran Rasul saw
(as- sunnah).
B. Pesan Dakwah (Maudu)
Pesan atau
materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan
olehDa’i kepada mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam
Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Secara umum pokok isi Al-Quran meliputi:
- akidah
- ibadah
- muammalah
- akhlak
- sejarah
6. prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi,
yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk
mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya.
- lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman
C. Objek
Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah
adalah manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa,
dan umat manusia seluruhnya. Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan
menurut kelasnya masing-masing serta menurut lapangan kehidupannya
D. Metode Dakwah (Uslub)
Di dalam
al-Quran, ayat yang menyebut perkataan uslub sebenarnya tidak ada. Apa yang ada
ialah pemahaman yang boleh diambil sewaktu Allah swt berfirman memerintah
manusia menyeru ke jalan-Nya.
Apabila
persoalan uslub didalam ayat tersebut diletakkan selepas daripada seruan
dakwah, ayat tersebut menunjukkan bahwa uslub adalah perkara ke dua. Perkara
paling utama adalah menyeru manusia terlebih dahulu, barulah berbincang
mengenai uslub dakwah.
E. Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah
adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan
antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan
komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media dakwah berdasarkan jenis
dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media tradisional (gendang,
rebana, bedug, siter, suling, wayang, dll), media modern (telephone, radio,
tape recorder, surat kabar, buku, majalah, brosur, poster, dan pamplet), dan
perpaduan kedua media tradisional dan modern (wayang, sandiwara yang bernuansa
Islam dan ditayangkan televisi).
F. Tujuan Dakwah (maqasaid)
Tujuan
khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum
dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat
di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan,
kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss
komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya
di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Meskipun
definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada hakekatnya dakwah Islam
merupakan aktualisasi imani yang dimanifistasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur,
untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada
dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia,
dengan menggunakan cara tertentu.
A. Al-Hikmah
Hikmah dalam
dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan
sukses tidaknya dakwah. Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana,
akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian
orang kepada agama atau Allah. Dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan
kemampuan dan ketepatan seorang da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan
teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i
dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.
B. Mau’izhah
Metode ini
dipergunakan untuk meyuruh atau mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang
belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah.
Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan
masih berpegang pada adat istiadat yang turun temurun. Kepada mereka ini hendak
disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dimengerti
C. Mujadalah
Metode ini
digunakan untuk menyeru dan mengajak orang-orang yang masuk golongan
orang-orang yang masuk golongan pertengahan, yaitu orang yang tidak terlalu
tinggi atau pendidikannya, dan tidak pula terlalu rendah. Mereka sudah
dapat diajak bertukar fikiran secara baik, dalam mencari kebenaran. Dan tidak
terlalu sulit menerima dakwah yang disampaikan kepada mereka Berdasarkan firman
Allah SWT.
1. PERCAYA PADA MABDA’ ISLAM
- Bahwa Islam adalah din yang diridhai Allah SWT dan sesuai dengan fitrah manusia
2. BERANI DAN TEGAS
- Berani karena benar. Keberanian para pejuang kebatilan lebih berhak dimiliki oleh para da’i
3. SERIUS
DAN SUNGGUH-SUNGGUH
- Dakwah menentukan tegak tidaknya Islam. Dakwah menentukan mulia tidaknya umat Islam. Dan dakwah Islam menentukan selamat tidaknya hidup kita di dunia dan akhirat. Maka, dakwah harus dihadapi sebagai persoalan hidup atau mati.
4. SABAR DAN
TEGUH JIWA
- Dakwah akan berhadapan dengan sejuta rintangan. Seorang da’i harus sabar dan teguh jiwa untuk menghadapi semua. Orang yang ingin menghancurkan Islam saja melakukannya dengan penuh kesabaran
- Kehancuran Islam sudah demikian lama, secara sunatullah memerlukan waktu yang lama pula untuk membangunnya kembali
- Sabar bersumber dari kesadaran bahwa semua memerlukan proses, dan keberhasilan adalah semata buah dari proses itu.
- Keteguhan jiwa bersumber dari kekuatan ruhiyah dibina melalui ibadah mahdah (shalat malam, puasa sunnah, dzikr, membaca al-Qur’an dsb)
5. TAK HENTI
TERUS BELAJAR
- Tidak ada kata berhenti belajar buat para da’i untuk terus menambah pengetahuan akan pemikiran, ide, hukum dan tsaqafah Islam (bhs Arab, fiqh, sirah dsb)
- Dari belajar, pemahaman bertambah, kesalahan diperbaiki sehingga kemampuan dalam berdakwah semakin meningkat.
- Belajar melalui membaca, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Serta belajar dari pengalaman. Maka seorang da’i tidak boleh berhenti mencoba hal baru dan berdialog dengan orang lain. Sikap open minded sangat penting bagi seorang da’i
6. TAK HENTI
MEMPERBAIKI DIRI
- Da’i menjadi cermin pengetahuan dan pengamalan Islam bagi masyarakat. Maka, seorang da’i harus terus memperbaiki diri.
- Seorang da’i harus mengamalkan apa yang diserunya. Melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar
- Dengan perbaikan terus menerus, akhlaq, ibadah, muamalah, keluarga dan semua yang tampak dari seorang da’i makin sempurna
- Kesalahan seorang da’i akan berdampak lebih buruk daripada kesalahan orang biasa
7. BISA
BEKERJASAMA
- Dakwah bagi tegaknya mabda Islam harus dilakukan secara berjamaah. Tidak bisa sendirian. Membangun rumah saja perlu banyak orang, apalagi membangun rumah umat….
- Seorang da’i harus bisa bekerjasama, terutama dengan sesama anggota jamaah dakwah
- Keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap istiqamah dalam dakwah serta upaya perbaikan dan pembelajaran terus menerus lebih mudah dilakukan dalam jamaah
KONDISI
UMAT
MASA RASULULLAH SAW, DAN MASA KINI
MASA RASULULLAH SAW, DAN MASA KINI
Tanggapan Umat
Dakwah Islam sejak dibawa Nabi Muhammad Rasulullah
kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan diikuti dengan lahirnya
Dinasti Umayah dan Abasiyah dengan ujung kekhalifahan tahun 1927 di Turki, maka
kita akan mendapat gambaran yang lebih besar tentang upaya umat Islam untuk
menegakkan nilai-nilai islam yang diyakininya.
Pertama kita bisa menginterpretasikan sebuah kerangka
perjalanan umat Islam itu lahir karena krisis sosial, ekonomi serta politik.
Ketidakpuasan terhadap lingkungan yang penuh dengan kezaliman dan kejahatan,
maka penerapan atau aplikasi nilai Islam dalam kehidupan telah melahirkan
berbagai respon dari berbagai lapisan umat.
Untuk kondisi saat ini, umat islam ada yang berbentuk
sebuah gerakan dakwah yang kemudian terlembagakan dalam bentukan unit politik
yang disebut negara, namun ada pula yang meniupkan kebangkitan Islam untuk
lepas dari kebodohan, kemiskinan dan penindasan penjajah dari Barat. Dari tabel
itu terlihat bahwa upaya umat Islam untuk bangkit tidak hanya muncul di
Indonesia. Gerakan itu sudah muncul di berbagai wilayah di muka bumi yang
dihuni umat Islam.
Para sahabat Rasulullah saw, adalah umat yang sangat mencintainya dan senantiasa membelanya mati-matian, sedangkan saat ini saat Nabi Muhammad saw, dihina ada sebagian umat islam yang acuh tak acuh bahkan cenderung mendukung penghinaan tersebut.
Para sahabat Rasulullah saw, adalah umat yang sangat mencintainya dan senantiasa membelanya mati-matian, sedangkan saat ini saat Nabi Muhammad saw, dihina ada sebagian umat islam yang acuh tak acuh bahkan cenderung mendukung penghinaan tersebut.
Kalau rentang waktu dibentangkan sejak Nabi Muhammad
membawa obor yang jadi Rahmat Seluruh Alam, maka kita akan menyaksikan betapa
gerakan dakwah yang ada di Indonesia itu hanyalah satu titik dari rangkaian
seluruh perjuangan umat Islam untuk menyelamatkan umat manusia. Jika gerakan di
Indonesia itu diletakkan dalam kerangka waktu sejarah umat manusia sejak Nabi
Adam, maka tiadalah artinya. Titiknya bahkan tidak terlihat lagi karena Indonesia
sebagai sebuah negara nasional atau unit politik modern yang mengikuti pola
Barat baru lahir tahun 1945.
Respon umat terhadap dakwah islam saat ini ada yang
berbentuk kultural sosial dan ada pula yang berbentuk struktural sebagai sebuah
pendekatan untuk menegakkan citra Islam di masyarakatnya. Kembali kita lihat
bahwa sesungguhnya respon terhadap lingkungan itu menjadi sebuah makna apabila
pimpinan gerakan dan elit di sekitarnya mampu menterjemahkan nilai-nilai
normatif itu menjadi sebuah petunjuk praktis untuk menyelesaikan persoalan
hidupnya.
Persoalan hidup pada era globalisasi sekarang telah
melahirkan banyak tantangan bagi gerakan dakwah, namun semua itu masih kurang
tersentuh karena sebagian belum menemukan format yang tepat dengan perubahan
lingkungan yang merupakan ayat-ayat yang seharusnya dipikirkan dengan akal budi
manusia.
Problematika Dakwah Masa Kini.
Problematika Dakwah Masa Kini.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan
dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti
perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni
dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan
moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan
dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi
informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan
Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan
kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan
tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam,
yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa
malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya,
beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang
dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya
turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin
luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati
diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan
mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara
kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak
kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
Kita harus
berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan
aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan
yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda
semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup
dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan
petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di
samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi
dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah
kita semakin tumpul tak berdaya.
Lima hal yang harus dilakukan, agar dakwah Islam di
era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif :24
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius
untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi serta
berkelanjutan. Bukan hanya Ilmu tabligh, melainkan diperlukan pula berbagai
penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang
berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari
hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar
jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi
terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal,
bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah
(ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media
elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi
wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia
di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan
Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi
peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut kembali remaja Indonesia
adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah
aset yang sangat berharga. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah
yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai
komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng
tangguh dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa
depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih
sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan
tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang
tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga,
dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
Pesan serta metode dakwah harus disesuaikan dengan mad’u agar dakwah kita berhasil. Berikut ragam pesan dakwah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mad’u :
Pesan serta metode dakwah harus disesuaikan dengan mad’u agar dakwah kita berhasil. Berikut ragam pesan dakwah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mad’u :
a.
Nasihat yang baik Berisi pengajaran Berisi
pembinaan moral
b.
Memberi Motivasi dan Ancaman. Memberi
motivasi dan kabar
gembira.Dengan
janji, berisi janji-janji Allah bagi manusia yang taat, baik untuk di dunia
maupun di akhirat. Dengan menyertakan macam-macam bentuk ketaatan Memberi
ancaman dan peringatan
Diberi azab, bagi orang yang inkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya. Baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu Diberi azab di akhirat kelak Siksa mental di hari kiamat
Hukuman atas dosa yang bermacam-macam
Diberi azab, bagi orang yang inkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya. Baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu Diberi azab di akhirat kelak Siksa mental di hari kiamat
Hukuman atas dosa yang bermacam-macam
c.
.Memberi contoh-contoh bijak Kisah-kisah
orang taat masa lalu dan kini
Perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah Melihat sifat orang-orang terpuji Mad’u utama bagi setiap da’1 adalah keluarga dan kerabatnya yang terdekat, karena dengan demikian ia telah membuat model mad’u yang dapat ditiru oleh mad’u yang lebih luas. Kemudian seorang da’i harus mengkaji dan mempertimbangkan metode pendekatan spiritual dengan mad’u, antara lain melalui shalat, dzikir, doa, silaturahim, dan sebagainya. Sehingga ada ikatan batin yang kuat dan pesan dakwah pun akan mudah diterima, serta tujuan dakwah dapat tercapai dengan paripurna. Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah); gerakan yang penuh moderat (shahwah mu’tadilah), terpada, terkendali, berkesinambunag dan
Perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah Melihat sifat orang-orang terpuji Mad’u utama bagi setiap da’1 adalah keluarga dan kerabatnya yang terdekat, karena dengan demikian ia telah membuat model mad’u yang dapat ditiru oleh mad’u yang lebih luas. Kemudian seorang da’i harus mengkaji dan mempertimbangkan metode pendekatan spiritual dengan mad’u, antara lain melalui shalat, dzikir, doa, silaturahim, dan sebagainya. Sehingga ada ikatan batin yang kuat dan pesan dakwah pun akan mudah diterima, serta tujuan dakwah dapat tercapai dengan paripurna. Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah); gerakan yang penuh moderat (shahwah mu’tadilah), terpada, terkendali, berkesinambunag dan
jauh dari unsur ekstrimisme
(at-tatharruf)25
Pola Dakwah
yang cocok di daerah saya :
1.
Berpegang teguh pada Qur’an dan
Sunnah, qiyas dan Ijma.
2.
Merubah paradigma umat yang lebih mementingkan
urusan dunia ketimbang akhirat,
3.
Mengikis ajaran-ajaran bid’ah secara
perlahan tapi pasti dengan memberikan pemahaman islam yang benar dan murni
serta menyeluruh (kaffah),
4.
Melaksanakan program Bhakti social,
agar masyarakat sebagai mad’u merasa diperhatikan oleh sesamanya, terutama oleh
para da’i,
5.
Dakwah yang senantiasa actual dalam
menjawab permasalahan umat yang terjadi, terutama tantangan budaya dan masalah
ekonomi serta kepemimpinan,
6.
Dakwah dengan ramah bukan dengan
arogan dan ekstrim,
7.
Dakwah dengan mengajak bukan
mengejek,
8.
Pendakwah harus aktif di masyarakat
untuk menunjukkan eksistensi,
9.
Berusaha untu menunjukkan perilaku
yang ideal sebagai dakwah bil hal,
10. Menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan umat,
11. Berkoordinasi
dengan para tokoh masyarakat,
12. Menggerakkan
para remaja sebagai motor pergerakan dakwah,
13. Dakwah
dengan terus-menerus dan tahan uji serta rintangan,
14. Mempelajari
kondisi dan situasi mad’u dengan seksama dan berkesinambungan,
15. Senantiasa
memperdalam ilmu keislaman dan ilmu lainnya sebagai pelengkap.
PELAJARAN YANG DIAMBIL DARI
PERJALANAN DAKWAH NABI SAW, SAMPAI
PERJALANAN DAKWAH NABI SAW, SAMPAI
BANI ABBASIYAH
Pelajaran yang dapat kami ambil dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw, sampai pemerintahan dinast Abbasiyah adalah :
1.
Memberi gambaran yang jelas tentang
tahapan dakwah yang harus dilakukan oleh
setiap da’i.
2.
Memotivasi para da’i bahwa kelak
akan datang pertolongan Allah dalam
Dakwah.
3.
Memberi gambaran tentang model
masyarakat ideal, yakni masyarakat madinah yang telah menjalankan syariat Islam secara
kapah.
4.
Membangunkan kembali umat islam yang
telah lama tidur.
5.
Menyadarkan umat islam tentang
pentingnya dakwah
6.
Menyadarkan kembali umat islam
tentanng idiolohi islam yang sesunguhnya .
7.
Menyadarkan umat islam kembali kepada
jalan yang lurus yang di contohkan oleh
Rasululah Saw.
8.
Mengingatkan kembali umat islam yang
telah lupa dengan islamnya sendiri.
9.
Memberi kabar gembira akan kebangkitan
umat islam kembali di dunia.
10. Mengingatkan
kembali umat islam tentang akhlak islam yang di contohkan oleh Rasululah Saw.
11. Memberi
gambaran tentang kondisi mad’u yang berpareasi dan metode dakwah yang
diterapkan.
12. Menumbuhkan
kesadaran untuk membina kader kader dakwah secara konsisten dan terarah, sehinga siap
menghadapi tantangan dakwah.
13. Memberikan
gambaran bahwa dakwah adalah kegiatan yang harus di lakukan terus menerus.
14. Memberikan
gambaran tentang strategi dakwah Rasululah Saw yang epektip dengan hasil yang optimal.
15. Keharusan
berdakwah di lakukan bersama-sama
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adaban Islam, El-Moesa Production. Yogyakarta. 2006.
Al-Buthy. Muhammad Said Ramadhan. Fiqhus-Sirah, Darul Fikry, cet. 2 th.
1980.
al-Qarni,
A’id Abdullah. Alqur’an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung. Sahara
Publishers Jakarta. 2005.
Artikel
“Problematika Dakwah Masa Kini”, karya RB. Khatib Pahlawan Kayo.2005
As-Siba’i,
Mustafa. Peradaban Islam Dulu, Kini, dan Esok. Gema Insani Press. Jakarta.
1993.
Film Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah (570-1924) Seri 1 Membangun Per-
Jakarta.
1995.
Khalid,
Khalid Muh. Kharakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, CV
Penerbit Dipenogoro, Bandung, 1981.
Muhyidin,
Asep, Agus Ahmad Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung. Pustaka Setia.
2002.
Quthb,
Muhammad. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam?. Gema Insani Press.
Rus’an. Lintasan Sejarah Islam. Penerbit Wicaksana. Semarang. Cetakan II.
1981
Nasr, Sayid Husen. Muhammad Kekasih Allah. Penerbit Mizan. Cetakan V. 1993
Tabloid
Hidayah, Pelajaran penting dari Hijrah Nabi saw, edisi 20-Dzulhijjad 1423
H/Maret 2003
Wikipedia, Bani Umayah dan Bani Abbasiyah, diakses tanggal 2 April 2008
No comments:
Post a Comment