Sahabat yang tergolong kelas ekonomi lemah bertanya:
“Ustadz, saya ingin dapat shalat khusyuk, tapi kok mahal biayanya.” Singkat
kata, ia bercerita bahwa kantor di mana ia bekerja didatangi “dai-sales” yang
menawarkan paket shalat khusyuk plus menginap di hotel berbintang dengan
biaya se juta-an lebih. Oleh karena sang bos kantor tidak sanggup mengatasi
seluruh biaya pelatihan dari karyawannya, maka diusulkan kepada karyawannya
bagaimana kalau
Seorang
teman yang dai berteori bahwa dunia dakwah dengan dunia dagang layaknya
sekeping mata uang. Begitu dekat dan tak bisa dipisah. Orang yang bisa dakwah
tapi tak bisa berdagang, dijamin hidupnya mewakili para dai dan kiai desa yang
mengandalkan amal saleh jama’ahnya dan pahala surga. Keikhlasan dan keteladan
hidupnya menjadi penyejuk hati bagi jamaahnya yang rata-rata orang bersahaja.
Mereka kharismatik, namanya harum dikenang bukan karena tarifnya yang mahal dan
birokratis bila diminta mengisi pengajian, tetapi lebih karena keikhlasannya
berdakwah dan mungkin tak berniat berdakwah untuk dagang.
Tetapi bagi
dai yang pandai berdagang, atau berdakwah sambil berdagang, mereka memiliki
kehidupan cukup layak dan populer. Mereka tak harus bersusah payah memikirkan
dapur keluarganya karena “mesin ekonominya” sudah bekerja atomatis. Dai seperti
ini tak ada salahnya. Seharusnya malah menjadi cermin bagi dai lainnya, karena
bagaimanapun aktivitas dakwah akan makin lancar bila sang dai terlepas dari
persoalan ekonomi keluarganya. Sayangnya dai semacam ini umumnya terkena hukum
pasar. Bila supply dan demand tak sebanding, sewaktu- waktu
“harga” akan jatuh karena sepi tanggapan. Tetapi jangan khawatir, dai hukum
pasar seperti ini akan cepat berganti bila hilang dari pasaran.
Satu dai
meredup, akan lahir dai-dai lain yang tidak kalah menarik. Soal keahlian agama
dan kedekatannya pada Tuhan, itu off the record sifatnya. Dai tetaplah
manusia biasa yang ingin hidup nyaman. Mereka bukan malaikat yang tidak ingin
punya mobil mewah atau rumah mentereng. Kecerdasan mereka untuk mengolah konsep
dan teori menjadi uang tentulah patut diapresiasi. Namun kalau semua pengajian
yang diberi judul pelatihan membutuhkan begitu besar biaya untuk bisa
mengikutinya, tentu akan sangat memberatkan kaum muslim yang pas-pasan. Gerusan
materialisme dalam dakwah seyogyanya bisa diperkecil agar tidak ada kesan
terjadi komoditisasi agama.
No comments:
Post a Comment