Wednesday 13 November 2013

TRIK DAKWAH KONTEMPORER



Akhir-akhir  ini performan dakwah Islam  mengalami perubahan. Tidak hanya dainya yang keren, modis dan atraktif, tetapi juga media dan metodenya yang makin canggih dan beraneka ragam. Terkesan dakwah Islam tidak mau ketinggalan dengan...
kemajuan teknologi yang ada dan memang seharusnya demikian. Bagaimanapun  bentuknya tekhnologi, tentulah tidak hanya memudahkan orang untuk berbuat maksiat. Pada saat yang sama, kesempatan menjadi baik dan mau berbuat baik begitu luas terbuka karena efek dari teknologi juga.
Jargon al-islam salih li kulli zaman wa makan, tampak menjadi inspirator bagi umatnya untuk menampilkan dakwah Islam sesuai dengan tren zamannya. Berdakwah kepada eksekutif atau artis tentulah harus berbeda dengan berdakwah kepada petani dan nelayan. Meski metodanya ceramah, tetapi aksentuasi, bobot, substansi, gaya dan penampilan dikemas sedemikian rupa hingga sang dai sebisa mungkin tidak “beda amat” atau “amat beda” dengan audiensnya.
Metode atau cara dakwah para dai kondang seperti A’a Gym, Jefri al-Jufri, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Haryono atau ustadz-ustadz ruqyah lainnya boleh dikata belum ada presendennya dalam sejarah dakwah Islam. Tampilan mereka yang menarik, luwes, melek teknologi dan perubahan zaman sangat menyentuh dan membuat penasaran audiens.
Dunia dai tak lagi kumuh, namun makin bersih dan mewah. Kombinasi antara dakwah dan art diramu sedemikian rupa hingga figur dai tak ubahnya seperti artis. Dakwah Islam yang genuine itu, di satu sisi sangat membuat penasaran Ara audiens dan itu patut diapresiasi dan ditiru oleh komunitas dai pada umumnya.
Magnetnya luar biasa dan peluang untuk merangkul begitu banyak jamaah sangat mudah dilakukan. Bila demikian, inilah momentum yang efektif untuk mengajak (dakwah) mereka kembali kepada Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar.
Di sisi lain gejala di atas juga menggelisahkan tidak hanya bagi sesama dai yang umumnya tidak berkelas dan kuno, tetapi juga bagi kalangan awam pada umumnya. Mengapa ikut pengajian sekarang menjadi mahal, dengan syarat-syarat yang aneh (harus pakai baju putih misalnya) clan terkesan tidak ada sangkut pautnya dengan dakwahnya sendiri, segmented dan tidak egaliter?

No comments:

Post a Comment