Akhir-akhir ini performan dakwah Islam mengalami perubahan. Tidak hanya dainya yang
keren, modis dan atraktif, tetapi juga media dan metodenya yang makin canggih
dan beraneka ragam. Terkesan dakwah Islam tidak mau ketinggalan dengan...
kemajuan
teknologi yang ada dan memang seharusnya demikian. Bagaimanapun
bentuknya tekhnologi, tentulah tidak
hanya memudahkan orang untuk berbuat maksiat. Pada saat yang sama, kesempatan
menjadi baik dan mau berbuat baik begitu luas terbuka karena efek dari
teknologi juga.
Jargon al-islam
salih li kulli zaman wa makan, tampak menjadi inspirator bagi umatnya untuk
menampilkan dakwah Islam sesuai dengan tren zamannya. Berdakwah kepada
eksekutif atau artis tentulah harus berbeda dengan berdakwah kepada petani dan
nelayan. Meski metodanya ceramah, tetapi aksentuasi, bobot, substansi, gaya dan
penampilan dikemas sedemikian rupa hingga sang dai sebisa mungkin tidak “beda
amat” atau “amat beda” dengan audiensnya.
Metode atau
cara dakwah para dai kondang seperti A’a Gym, Jefri al-Jufri, Arifin Ilham,
Yusuf Mansur, Haryono atau ustadz-ustadz ruqyah lainnya boleh dikata belum ada
presendennya dalam sejarah dakwah Islam. Tampilan mereka yang menarik, luwes,
melek teknologi dan perubahan zaman sangat menyentuh dan membuat penasaran
audiens.
Dunia dai
tak lagi kumuh, namun makin bersih dan mewah. Kombinasi antara dakwah dan art
diramu sedemikian rupa hingga figur dai tak ubahnya seperti artis. Dakwah
Islam yang genuine itu, di satu sisi sangat membuat penasaran Ara
audiens dan itu patut diapresiasi dan ditiru oleh komunitas dai pada umumnya.
Magnetnya
luar biasa dan peluang untuk merangkul begitu banyak jamaah sangat mudah
dilakukan. Bila demikian, inilah momentum yang efektif untuk mengajak (dakwah)
mereka kembali kepada Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar.
Di sisi lain
gejala di atas juga menggelisahkan tidak hanya bagi sesama dai yang umumnya
tidak berkelas dan kuno, tetapi juga bagi kalangan awam pada umumnya. Mengapa
ikut pengajian sekarang menjadi mahal, dengan syarat-syarat yang aneh (harus
pakai baju putih misalnya) clan terkesan tidak ada sangkut pautnya dengan
dakwahnya sendiri, segmented dan tidak egaliter?
No comments:
Post a Comment