Friday 28 June 2013

TASAWUF DAN PENGERTIANYA


Dalam hal ini para 'ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tasawuf dari segi bahasa Arab yang mereka miliki, tergantung dari segi mana para 'ulama memandang tasawuf itu dan tergantung sejauh mana para 'ulama tahu, mengerti dan memahami tasawuf dan jika mereka memberikan pengertian diiringi dengan kebencian terhadap tasawuf maka biasanya pengertian yang mereka berikan terhadap tasawufpun berkesalahan, karena dipengaruhi oleh unsur kebencian dalam hatinya terhadap tasawuf, hal ini bisa saja terjadi karena kekurang tahuannya terhadap tasawuf. Untuk itu mari kita simak pendapat para 'ulama tentang pengertian tasawuf menurut bahasa.
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
Pengertian tasawuf dari berbagai sumber, ada beberapa pendapat  tasawuf menurut bahasa, antara lain  :
a.       Tasawuf berasal dari istilah yang diserupakan dengan "ahlus Suffah" yaitu salah satu kelompo jama'ah      di zaman Rasulullah SAW yang hidupnya gemar berdiam diri berlama-lama beribadah di Masjid dan di sekitar Masjid.
b.      Tasawuf berasal dari kata "shafa", merupakan fi'il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah yang ditujukan sebagai julukan untuk orang-orang yang bersih atau suci (orang-orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah).
c.       Tasawuf berasal dari kata "shaf", ditamsilkan kepada orang-orang yang berada di shaf depan dalam sholat, maksudnya agar para sufi menjadi contoh dan suri tauladan yang terbaik dalam mengikuti peri kehidupan Rasulullah SAW.
d.      Tasawuf di tamsilkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah yang gemar mendirikan tenda-tenda di tengah padang pasir tatkala kemalaman dalam musafir.
e.       Tasawuf berasal dari kata "sufi" yang artinya adalah orang suci atau orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah SWT menurut tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pendapat ini yang paling populer di kalangan sufi.
f.       Tasawuf berasal dari kata "shaufanah" yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di padang pasir Arab. Hal ini disebabkan karena mereka mendapati pakaian jubah para sufi di masa itu banyak bulunya, sehingga ditamsilkan dengan shaufanah.
g.      Tasawuf berasal dari kata "shuf" yang artinya bulu domba atau wol. Hal ini dikarenakan para sufi di masa awal rajin memakai jubah yang terbuat dari benang wol berbulu domba sebagai tanda kerendahan hati dan kewarokan para sufi dalam berkehidupan di bumi Allah ini dan menghindari bermegah-megahan. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
h.      Tasawuf berasal dari kata "wazan tafa'ul", yaitu "tafa'ala-yatafa'alu-tafa' 'ulan" dengan imbangannya "tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan". Dalam hal ini tasawuf dapat berkonotasi makna dengan "tashawwafa arrajulu" artinya seorang laki-laki telah mentasawuf, maksudnya laki-laki itu telah hijrah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan sufi, karena biasanya orang yang telah memasuki dunia tasawuf mereka mempunyai simbol-simbol seperti cara berpakaian yang terbuat dari benang wol, bahkan ada yang berpakaian jubah terbuat dari goni bolang (goni beras) sebagai bukti kesederhanaannya.
Dasar-Dasar Tasawuf
Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan sebahagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain.
Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan yang ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur’an yang Artinya:
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kamiberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20).
Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 20
yang Artinya : “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafsu mulai dari kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.
Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3
yang Artinya : “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
       Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S as-Sajadah [ ] ayat : 16 yang Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap Maksud dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam”.

No comments:

Post a Comment