I.
PENDAHULUAN
Sepanjang sejarah di dunia ini
tidak satupun dalam satu generasi lepas dari permasalahan kemiskinan. Generasi
Nabi Adam misalnya, semenjak mereka turun kedunia dari singgasana surga, tidak
lain karena kemiskinan.
Ketika Qabil dan habil anak adam ini berkelahi berebut
wanita juga karena kemiskinan. Kita tarik generasi lebih kini, Ibrahim
misalnya, mereka sampai ke jazirah arab, sehingga membangun Ka’bah beserta
serangkaian aktifitasnya, sampai sekarang di abadikan dalam ritual ibadah haji
umat Islam, semua diakibatkan dari kemiskinan. Demikian halnya
generasi-generasi seperti generasi Isa AS, Muhammad SAW dan umat Muhammad
samapi sekarang telah dapat menghasilkan berbagai bentuk budaya yang ada di
dunia disebabkan adanya kemiskinan.
Dilihat dari pernyatan sekilas
tentang kemiskinan, akan terjadi perbedaan dalam memahami kemiskinan. Satu sisi
kemiskinan dianggap membebani kehidupan manusia dimana komunitas manusia
berada. Baik keberadaan itu dalam tinjauan waktu maupun tempat. Di sisi lain
kemiskinan justru membawa kebaikan bagi keberagaman dunia sebagai ciri alami
alam ini. Begitu banyaknya perbedaan pandangan kemiskinan, maka akan sangat
menarik untuk dicermati apa bila kita ingin lebih dalam terlibat dalam
pembahasan kemiskinan.
Berkaitan dengan pembahasa
kemiskinan, tidak lengkap kalau kita tidak membicarakan tentang macam-macam
kemiskinan dari sisi latar belakang dan sebab terjadinya kemiskinan. Ada yang
disebabkan kultur, ada pula yang disebabkan ekonomi, PHK dan lain-lain.
Macam-macam kemiskinan ini nanti akan dikupas lebih inci sehingga ketemu akar
permasalahan yang ada. Disitulah akan dapat menemukan langkah apa yang mestinya
dilakukan oleh orang-orang yang tahu dan mau tahu tentang kemiskinan. Pada
akhirnya dapat dicarikan jalan keluar untuk mengentaskan kemiskinan yang ada
selama ini baik di dunia maupun lebih khusu diIndonesia negara kita tercinta.
Pengertian, teori-teori dan
macam-macam kemiskiinan ini akan di bahas dalam makalah ini dengan mengemukakan
permasalahan yang ada terlebih dahulu. Kemudian berusaha menawarkan alternatif-alternatif
pemecahan masalah kemiskinan dalam bab-bab selanjutnya.
II.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi
dalam pembahasan makalah ini adalah
A. Apakah sebenarnya yang disebut dengan
kemiskinan?
B. Teori-teori kemiskinan yang seperti apa
setelah muncul pengertian kemiskinan?
C. Apa sajakan macam-macam kemiskinan yang
ada ?
D. Bagaimana Islam memandang tentang
kemiskinan?
E. Bagaimana solusi pengentasan kemiskinan
menurut persepektif Islam?
III.
PEMECAHAN
MASALAH
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah tidak hanya
terpenuhinya makanan dasar, perlindungan, perawatan medis, pengamanan,
kebiasaan berpikir yang dilandaskan pada
nialai kebebasan manusia. akan tetapi, lebih luas dikatakan bahwa sesungguhnya,
kemiskinan adalah keadaan memaksakan kehendak kepada orang lain.
Kemiskinan dapat diartikan pencabuatan
penghubung. ”sosial (definisi penghubung) dan kemiskinan juga didasrkan pada
budaya lokal ketika menghendaki menyelesaikan problem lokal.
Definisi kemiskinan sering dihubugkan
dengan konsep keluarga, penyandang dana, pengurusan pajak-pajak, dan hak
sebagai hasil dari upaya kerja.
Kemiskinan adalah ketidak
adaan yaitu seseorang yang tidak mempunyai perlindungan, makanan, kesehatan,
dan keselamatan.
Ini terlepas apakah miskin
karena faktor internal maupun faktor eksternal
Untuk melihat kemiskinan
didunia sampai tingkat domistik kami paparkan beberapa data tentang kemiskinan
sebagai berikut:
Ukuran-ukuran Kemiskinan,
berdasarkan Biro Pusat
Statistik BPS menentukan
seorang disebut miskin manakala mendapatkan (2100 kalori per hari)
Sayogyo mengukur dengan 1 kg beras per hari)
Sedangkan World Bank ($1 per hari).
Ukuran di
Amerika disebut miskin manakala pendapanya $ 17.050
atau lebih
dari 150.000 rupiah.
B. Teori Dan Macam-Macam Kemiskinan
Dari devinisi kemiskinan dan
data-data kemiskinan yang dapat penulis himpun dan paparkan dalam makalah ini,
selanjutnya akan menyajikan tentang teori kemiskinan, yang muncul berdasarkan
ragam pengertian kemiskinan itu sendiri. Sedikitnya ada lima Teori Kemiskinan (Theory Of Poverty), yang dapat penulis kemukakan dalam
kesempatan makalah ini. Literatur
tentang kemiskinan saat ini secara keseluruhan telah mengakui adanya perbedaan
teori-teori tentang kemiskinan, tetapi literatur tersebut telah mengelompokan
teori-teori tersebut dalam kelompok yang berbeda-beda (bandingkan blank, 2003;
Goldsmith dan Blokely, 1992; Jennings dan Kushnick,1999;Rodgers,
2000;Schiller,1989; Shaw 1996). Sebenarnya semua pengarang membedakan
teori-teori tentang penyebab kemiskinan berasal dari kelemahan-kelemahan
individu, dan teori yang menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh fenomena
sosial (liberal atau progresif). Reyan (1976) menunjuk perbedaan tersebut
sebagai ”kemiskinan yang timbul akibat dari kesalahn mereka sendiri”. Gold
Smith dan Blakely, sebagai contoh membedakan kemiskinan sebagai penyakit dengan
kemiskinan yang timbul akibat ketidak sengajaan dan kecelakaan dan kemiskinan
sebagai sebuah struktur. Schiller (1989, hal 2-3) menjelaskan dalam istilah
karakter-karakter merusak yang dimiliki, kesempatan yang terbatas dan timbulnya
KKN. Jennings (1999) meninjau varian-varian individual dengan konsepsi sosial,
memberikan tekanan pada perkembangan rasial dan politik. Pendapat Rank sangat
jelas : tudingan bahwa atribut-atribut yang dimiliki individu sebagai penyebab
kemiskinan adalah salah alamat. Kegagalan struktural dalam sistem politik,
ekonomi, sosial adalah penyebab yang lebih nyata (Rank,2004 hal 50).
1. Kemiskinan individu.
Teori pertama terdiri dari
serangkaian penjelasan bahwa individu bertanggung jawab atas kemiskinan yang
dialaminya. Secara umum, para pencetus teori ini, yang berhaluan konservatif
menyalahkan individu akan kemiskinan yang dialaminya dengan menyatakan bahwa
mereka menciptakan masalah bagi diri mereka sendiri dan dengan pilihan yang
tepat, kemiskinan dapat dihindari (dan hal itu juga dapat berulang, variasi
lain dari teori ini adalah kemiskinan berasal dari buruknya komunitas genetik
seperti tingkat intelegensi yang tidak memadai).
Keyakinan bahwa kemiskinan
berasal dari individu sudah lama timbul. Doktrin yang menyamakan kekayaan
berasal dari kemurahan Tuhan adalah inti dari ajaran Reformasi Protestan.
(Weber,2001) dan orang buta, pincang, atau cacat adalah diyakini sebagai
hukuman dari Tuhan atas dosa-dosa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan munculnya
teori Intelegensi turunan pada abad ke-19, aliran genetik berubah menjadi
memandang kemiskinan secara rasional dan aliran itu perlahan-lahan menghilang
khususnya pandangan terhadap mereka yang memiliki kemampuan terbatas. Buku-buku
seperti The Bell Curve (1994) hasil karya dari Herrnstein danMurray adalah
pendekatan modern dari penjelasan tersebut diatas. Rainwater (1970, hal 16)
secara kritis membahas teori individualistis dalam kemiskinan sebagai
”Perspektif moral” dan memberi catatan bahwaorang miskin adalah orang yang
menderita yang diukur dengan tanda Cain. Mereka ditakdirkan untuk menderita,
sungguh-sungguh harus menderita, karena kebobrokan mental mereka. Mereka hanya
berhak untuk hidup di neraka di atas bumi.
Teori ekonomi yang menyatakn
bahwa orang miskin kekurangan dorongan untuk mengembangkan kondisi mereka
adalah tema pada artikel-artikel yang
cenderung menyalahkan sistem kesejahteraan yang memberi santunan kepada para
orang miskin. Pada artikel di jurnal Cato, ahli ekonomi Gwartney dan McCaleb
berpendapat bahwa selama bertahun-tahun perang melawan kemiskinan justru
semakin meningkatkan angka kemiskinan itu sendiri (didasarkan pada pengiriman
uang tidak secara tunai) pada orang dewasa yang bekerja karena tidak adanya hal
yang bisa dijadikan teladan dalam pengeluaran yang digunakan untuk
kesejahteraan. Mereka menyimpulkan bahwa penerapan dari sistem ekonomi yang
sederhana menjelaskan bahwa masalah yang terdapat dalam perang melawan
kemiskinan adalah :
Mereka (Program Kesejahteraan)
telah memperkenalkan perlawanan terhadap struktur rangsangan , suatu hal yang
dapat menghambat perkembangan diri dan melindungi anti-individu sebagai
konsekuensi dari pilihan salah yang mereka pilih. (1985, hal 7).
Hal ini dan
pendapat-pendapat yang serupa yang menyatakan bahwa si miskin adalah resiko
moral ”juga menyatakan bahwa masalah kemiskinan berlanjut menjadi lebih buruk
bukan karena kita tidak cukup melakukan sesuatu, akan tetapi karena kita
terlalu banyak melakukan sesuatu yang sia-sia” (Gwartney dan McCaleb, 1985
hal15).Model pendekatan ekonomi mereka akan memecahkan masalah kemiskinan
dengan mengasumsikan bahwa penalty terhadap orang miskin cukup ampuh sehingga
membuat orang tidak akan memilihnya (dan sistem kesejahteraan dibatasi bagi
mereka yang menderita cacat atau dengan kata lain tidak mampu bekerja).
Versi kritik yang sedikit
lebih besar dari teori kemiskinan individualistis berasal dari nilai-nilai
individual orang Amerika – mitos Horatio Alger bahwa setiap individu dapat
meraih kesuksesan dengan ketrampilan dan kerja keras, dan motivasi dan
ketekunan yang diperlukan untuk meraih kesuksesan (lihat Asen, 2002, hal
29-34). Literature bantuan sendiri memperkuat kepercayaan bahwa kegagalan
individu dikarenakan karena mereka tidak mencoba dengan keras. Frank Bettger
(1977, hal 187-188) dalam tradisi Dale Carnegie, menjelaskan bagaimana dia
mendapat daftar tujuan perbaikan sendiri yang memfokuskan dan menjadisalah satu
salesman yang paling sukses dan bayaran termahal di Amerika. Dia terus
mengatakan bahwa setiap orang dapat meraih sukses dengan sebuah formula yang
mudah – memfokuskan pada tujuan dan kerja keras. Dengan ekstensi literature ini
mengimplikasikan bahwa orang-orang yang tidak sukses harus menghadapi fakta
bahwa mereka sendiri bertanggung jawab atas kegagalan mereka sendiri.
2. Kemiskinan kultural
Akar teori kedua kemiskinan
itu sendiri menyebabkan “Kultur Kemiskinan”. Teori ini kadang-kadang berkaitan
dengan teori kemiskinan individu atau teori-teori lain yang akan diperkenalkan
sebagai berikut, tetapi saat ini teori itu telah meluas untuk di diskusikan
bahwa fitur spesialnya seharusnya tidak diminimalisir. Teori ini menyarankan
bahwa kemiskinan diciptakan oleh transmisi antar generasi dari kumpulan
kepercayaan, nilai-nilai, dan kerampilan yang secara sosial akan tetapi
dilakukan secara individual. Individu tidak perlu untuk dipersalahkan karena
mereka korban dari disfungsi subkultur dan kultur mereka sendiri.
Sosilog Amerika telah lama
terpesona oleh subkultur para imigran
dan juga par a penghuni yahudi sebagaimana kekayaan dan kekuatan mereka. Kultur
secara social dijalankan dan di abadikan, merefleksikan interaksi individual
dan komunitas. Interaksi social tersebut membuat teori “Kultur Kemiskinan”
berbeda dari teori “Individual” yang secara eksplisit berkaitan dengan
kemiskinan bagi kemampuan individu dan motivasi. Secara teknis, kultur
kemiskinan adalah subkultur orang-orang miskin di perkampungan, daerah-daerah
miskin atau konteks social dimana mereka mengembangkan kumpulan pembagian
kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma untuk tingkah laku yang terpisah tapi
melekat pada kultur masyarakat utama.
Oscar Lewis adlah salah satu
penulis utama untuk mendefinisikan kultur kemiskinan sebagai kumpulan
kepercayaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dia
menulis,
Sekali
kultur kemiskinan telah ada dan menjadi nyata maka kemiskinan itu cenderung
akan diabadikan sendiri. Dengan berjalannya waktu anak-anak miskin sekitar enam
atau tujuh mereka biasanya akan menyerap tingkah laku dasar dan nilai-nilai
subkultur mereka. Yang kemudian secara psikologis tidak siap untuk mengambil
manfaat penuh dari perubahan kondisi atau perbaikan kesempatan yang mungkin
dapat berkembang dalam kehidupan mereka. (Scientific American, Oktober 1966
dikutip dalam Ryan, 1976, hal 120).
Kultur-kultur disosialiasikan
dan dipelajari, dan salah satu penyewa pembelajaran teori adalah dengan
memberikan penghargaan bagi orang-orang yang mempelajari apa yang ditujukan.
Teori kultur kemiskinan adalah program anti kemiskinan pemerintah menganugerahi
orang-orang memanipulasi kebijakan untuk bertahan pada kemakmuran. Dasar
argumen konservatif seperti Charles Murray dalam Losing Ground (1984) adalah kemakmuran pemerintah yang mengabadikan
kemiskinan dengan mengijinkan sebuah siklus “Penurunan Kemakmuran” dimana
keluarga miskin berkembang dan mewariskan ketrampilannya kepada yang lain untuk
mengerjakan system dari pada untuk mendapatkan pembayaran kerja. Hasil jaringan
teori kemiskinan ini digabungkan oleh Asen (2002 hal 48) dalam frase perseptif,
“dari perang kemiskinan menuju perang kemiskinan”.
Teori kemiskinan ini
berdasarkan pada pengabadian nilai-nilai cultural yang penuh dengan
kontroversi. Tidak seorangpun yang memisahkan bahwa orang-orang miskin memiliki
subkultur atau bahwa sub kultur dari orang-orang miskin adalah
Perbedaan dan mungkin
detrimental. Usaha ini melebihi apakah penyebab-penyebab dan hukum-hukum
menjadi bagian sub kultur kekayaan. Daniel Patrick Monynihan menemukan konsep
utama yang dapat diaplikan untuk pembelajarannya dari kekayaan Black dari awal
tahun 1960an dan di kaitkan dengan kekayaan Black untuk secara luas ”yang tidak
dapat berfungsi” di dalam keluarga Afrika Amerika yang ditemukan di pusat kota.
Valentine (1968, hal 20) mengkritisi E. Franklin Frazier, yang dengan Daniel
Patrick Mynihan (1965) menjabarkan budaya orang miskin negro sebagai sebuah
”Kekacauan Imoral yang di bawa oleh dis integrasi bangsa dan budaya kulit hitam
dibawah tekanan arus urbanisasi”
Dalam situasi sub kultur
penjelasan budaya orang miskin adalah lebih bersifat simpatik atau menarik.
Contohnya: banyak pelajar-pelajar dari kaum liberal memahami problematika
kultur bahwa orang amerika asli mencoba berhadapan untuk menyatu denagn sistem
dari golongan dari kelas menengah. Secara berlawanan, setelah banyak generasi
yang kita sebut dengan pergerakkan ”kepahlawanan” dari kelompok imigran italia
atau suku Irish dan kemauan mereka untuk
menerima bekerja keras dan berusaha untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka
di bidang sosial ekonomi. Kita melupakan diskriminasi budaya yang mereka hadapi
untuk menghindari ketidakcocokan dari mulai generasi mereka datang. Sekarang
ini, sub kultur memberikan penghargaan bagi pendidikan yang lebih tinggi dan
kewirausahaan antara kelompok imigran India dan Asia adalah diberikan sebuah
contoh bagaimana subkultur dapat bekerja di kelompok-kelompok yang bervariasi
untuk mencoba menghilangkan kekayaan.
3. Kemiskinan struktur politik dan ekonomi
Dimanapun teori kemiskinan
pertama ”individualistik di advokasi oleh para pemikir konservatif dan yang
kedua adalah melalui pendekatan budaya liberal, yang ketiga adalah dimana kita
tahu teori sosial terbaru. Para penteori didalam tradisi ini melihat tidak
kepada individu sebagai sumber dari kemiskinan tetapi dari sisi ekonomi,
politik dan sistem sosial yang menyebabkan seseorang mempunyai kesempatan yang
terbatas dan sumber-sumber lain dengan usaha untuk mendapatkan pendapatan dan
penghidupan yang layak. Penelitian dan teori ini menekankan kepada problematika
yang sering terjadi yang dicatat oleh Rank, Yoon, & Hirschl : ”Para
peneliti kemiskinan memiliki dampak yang difokuskan kepada siapa yang
kehilangkan sumber-sumber ekonomi, lebih banyak daripada mengacu kepada fakta
bahwa usaha-usaha produksi kalah dalam tempat pertama” (2003, p.5
Pada abad ke-19 intelektual
sosial mengembangkan sebuah pergerakan yang kuat pada teori individu dengan
menjabarkan bagaimana sistem sosial dan ekonomi dikembangkan dan dikreasikan
dengan situasi kemiskinan individu. Sebagai contoh, Marx, menunjukan bagaimana
sistem ekonomi kapitalis dikembangkan dengan sistem pengamanan bagi para
pengangguran sebagai strategi yang dicanangkan untuk menjaga tegaknya
undang-undang. Kemudian Durkheim, menunjukan bahkan tindakan-tindakan personil/ tingkahlaku adalah menjadi faktor
perantara bagi sistem sosial. Diskriminasi dipisahkan dari ketrampilan
seseorang setelah yang lainnya, menjadikan kesempatan sebagai perantara sosial.
Didapatkan pada sebuah sistem yang ekstrim, pemikir-pemikir radikal memberikan
argumen bahwa sistem ini diluncurkan dan secara radikal harus
ditransformasikan.
Banyak dari literatur tentang
kemiskinan saat ini menyarankan bahwa sitem ekonomi harus disusun kembali
seperti halnya sebuah cara bahwa orang-orang miskin itu jatuh karena keputus
asaan dan bagaimana mereka tetap memiliki harapan. Secara terpisah masalah ini
menjadi faktor harga minimum yang tidak dapat mengijinkan penduduk asli atau
keluarga mereka untuk secara ekonomi mendapatkan kepuasan tersendiri (Jencks,
1996, p.72). Problem kemiskinan pekerjaan ini secara meningkat dilihat sebagai
masalah yang dikaitkan pada nilai-nilai struktur keluarga miskin dari
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dipermasalahkan dengan jumlah yang
terbatas dari pekerjaan disamping para pekerja dan keberhasilan tingkat
pertumbuhan pada sektor-sektor yang mendukung ketrampilan pekerjaan yang lebih
rendah (Tobin, 1994). Secara kebetulan penelitian ini menunjukan bahwa
ketersediaan pekerjaan untuk menurunkan pendapatan seseorang adalah sama
seperti yang telah didapat, tetapi nilainya bahwa para pekerja dapat bekerja
dari pekerjaan tersebut yang telah mengalami kegagalan. Selain itu, rangkaian
keuntungan termasuk peduli kesehatan dan promosi menjadi jarang sebagai
keahlian para pekerja yang lebih rendah. Perubahan hubungan ekonomi tersebut
didokumentasikan oleh Blank (1997) dan Quigley (2003) yang menunjukan cara
pengembangan sistem meningkat dengan menghadapi problem-problem yang sulit
untuk siapapun yang ingin bekerja.
Eliminasi dari berbagai macam
hambatan pekerjaan yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan yang
memfokuskan kepada pelatihan kekuatan manusia secara ekstensif dan
program-program lain, kesuksesan generasi substansial tetapi juga kegagalan
yang bersifat merugikan. Bagaimanapun, walaupun kepentingan dari sebuah nilai
pendidikan yang penting, pendapatan per siswa dalam keuntungan yang lebih kecil
disamping mereka yang diberikan keuntungan yang lebih besar terutama pada siswa
yang lebih kaya, para guru lebih kecil dilatih untuk dapat lebih menerima hal
itu, buku-buku juga sering kadaluarsa atau supplai yang terbatas, jumlah yang
sedikit dan juga kultur belajar yang dibawah rata-rata. Kegagalan sistem pada
sekolah-sekolah ini selanjutnya dipikirkan untuk menjadi alasan kemiskinan
seseorang yang memiliki prestasi di bidang hukum, jumlah para lulusan yang
masih miskin sedikitnya mereka yang mendapatkan kesempatan pendidikan lebih
tinggi (Chubb&Moe, 1996).
Sebuah hambatan paralel eksis
dengan sistem politik dimana minat dan partisipasi dari orang miskin ini
bersifat tidak mungkin ada atau menolak. Penelitian terbaru mengkonfirmasikan
hubungan antara kekayaan dan kekuasaan, dan menunjukan bagaimana orang-orang
miskin kurang dilibatkan dalam diskusi-diskusi politik sehingga minat mereka
tidak muncul didalam proses politik dan mereka tertinggal dalam berbagai macam
level. Pasangan ini adalah dengan diskriminasi radikal, kegagalan orang-orang
miskin yang berpengaruh didalam sistem politik dan mereka mungkin menggunakan
keuntungan-keuntungan ekonomi dan keadilan.
Kategori terakhir dari sistem
kerusakan diasosiasikan dengan kemiskinan yang dihubungkan untuk
kelompok-kelompok manusia yang masih diberikan stigma sosial karena ras,
jender, ketidakmampuan, agama atau perbedaan kelompok,yang memicu mereka untuk membatasi kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan masing-masing
personal. Tidak ada upaya untuk memerangi kemiskinan yang dapat dilakukan tanpa
mengakui kesalahan kelompok yang mencakup terjainya diskriminasi yang dilakukan
sehingga membatasi kesempatan untuk mendapatkan perlindungan hukum. Proses
untuk memperkuat hak-hak bagi kaum minoritas yang barada dalam kemiskinan
sedang berlangsung, dimana inisiatif hukum dan reformasi kebijakan publik harus
bekerja dengan upaya untuk merubah sikiap masyarakat umum.
4. Kemiskinan Geografi
Kemiskinan di daerah pedesaan,
kemiskinan geto, daerah yang tidak mempunyai investasi, kemiskinan di daerah
selatan, kemiskinan di dunia ketiga, dan perbedaan-perbedaan lain yang
diwujudakan denga karakteristik kemiskinan yang timbul secara terpisah dari
teori-teori yang lain. Walaupun teori-teori kemiskinan yang berdasarkan pada
daerah geografis mendukung teori-teori yang lain, teori regional ini menekankan
fakta bahwa orang-orang, institusi dan kebudayaan-kebudayaan di daerah tertentu
menimbulkan kekurangan sumber daya objektif
Seperti yang dijelaskan oleh
Shaw (1996, halaman 29), “Ruang bukanlah latar belakan kapitalisme, akan tetapi
lebih direstrukturisasi oleh kapitalisme tersebut dan mengkontribusikan
kelangsungan sistem tersebut. Lingkup geografi kemiskinan adalah ekpresi ruang
dari system kapitalisme”.
Kemiskinan tersebut lebih kuat
di beberapa area adalah observasi lama, dan penjelasan-penjelasan yang
berlebihan dalam literatur pembangunan tentang mengapa kurangnya daerah-daerah
tertentu dasar ekonomi kurang dapat berkompetisi. Penjelasn-penjelasan terbaru
termasuk ketiadaan investasi, kedekatan terhadap sumber-sumber alam, kepadatan,
difusi inovasi, dan factor-faktor lain( lihat Morrill & Wohlenberg, 1971,
halaman 57-64). Dalam review literature yang cermat mengenai kemiskinan desa,
Weber dan Jensen (2004) menjelaskan bahwa dalam literature yang terbaru
menemukan sebuah” pembagian desa” yang berada dalam kemiskinan, akan tetapi
efek ruang tidaklah sejelas seperti yang terisolasi dari efek-efek individual
yang diperlukan untuk kepercayaan diri. Goldsmith dan Blakely mengajukan sebuah
perspektif tentang komprehensif tentang keterkaitan antara pembangunan dan
kemiskinan dalam konteks urban. Dalam bukunya, Separate Societies, mereka berargumentasi bahwa proses penggabungan
pergerakan rumah tangga dan pekerjaan jauh dari area-area miskin di pusat-pusat
kota dan daerah-daerah pedesaaan yang menciptakan sebuah “pemisahan kerja,
tempat tinggal, dan ekonomi, kehidupan social dan politik” (1992, halaman 125).
Proses-proses tersebut seperti yang telah didiskusikan sebelumnya dilipat
gandakan oleh pengabaian rasisme dan politik local yang tumbuh dengan subur.
Salah satu perspektif teoritis
dalam ruang konsentrasi kemiskinan berasal dari teori pengelompokn ekonomi.
Yang biasanya digunakan untuk menjelaskan pentingnya kelompok-kelompok industri
yang kuat (Bradshaw, King, & Wahlstrom, 1999) pengelompokan menunjukkan
seberapa dekat firma-firma serupa yang menarik pelayanan-pelayanan suportif dan
pasar-pasar., yang nantinya akan lebih menraik banyak firma. Kebalikannya,
kedekatan kemiskinan dan kondisinya mendorong menuju kemiskinan atau
konsekuensi area-area yang menarik kelompok-kelompok bisnis, menjauhkan diri dari
komunitas-komunitas yang miskin. Harga-harga perumahan yang rendah di
lokasi-lokasi tersebut akan dapat menarik lebih banyak orang-orang miskin,
contohnya, mendorong ketiadaan investasi perumahan oleh pemilik-pemilik
bangunan. Di dunia yang terdapat criteria untuk investasi adalah ‘lokasi,
lokasi, lokasi, maka tidaklah beralasan untuk dapat menjajaki investasi menuju
lingkungan, komunitas, dan area-area yang sebelumnya sudah menjadi investasi
yang substansial, daripada meninggalkan area-area yang kurang menarik.
Pengertian teoritis yang kedua
adalah dari teori tempat pusat dan pengujian pertumbuhan urban akan keterkaitan
“ekologi manusia” yang mengikuti aliran ilmu pengetahuan dan capital (Rural
Sociological Society, 1990 halaman 71-74). Seperti yang telah dijelaskan oleh
Niles Hansen (1970), area-area pedesaan seringkali menjadi pemeberhentian
terakhir teknologi, dan rendahnya upah dan harga kompetitif yang mendominasi
produksi. Infrastruktur mendorong pembangunan sumber daya manusia, akan tetapi
jika infrasruktur itu kurang, aktivitas ekonomi yang melumpuhkan tersebut
mungkin menggunakan sumber-sumber tersebut. Tempat-tempat yang tertinggal
(Lyson & Falk, 1992) mengakibatkan kompetisi terbesar dalam restrukturisasi
ekonomi karena pekerjaan-pekerjaan dalam kategori ini sepertinya lebih bergerak
ke negara yang kurang berkembang. Peningkatan isi literature menghadapi
landasan area-area menguntungkan untuk lebih berkembang daripada area-area yang
kurang menguntungkan bahkan dalam
periode pertumbuhan ekonomi umum dan maka akan ada beberapa “cucuran-kebawah”
tetapi tidak setara dengan ekonomis-ekonomis klasik yang akan dapat kita
percayai (Rural Sociological Society, 1990, halaman 114-119).
Perspektif ketiga melibatkan
migrasi-keluar selektif. Dalam salah satu bagian buku Wilson, The Truly
Disadvantaged (1987), menjelaskan bahwa orang-orang dengan level pendidikan
tertinggi, ketrampilan yang terbaik, wacana yang luas, dam kesempatan yang
paling ekstensif adalah orang-orang yang bermigrasi dari wilayah kampung dilokasi
suatu pusat kota menuju ke tempat- tempat lain. Ditambahkan, dia berpendapat,
bahwa orang-orang yang berbeda ini adalah model peranan terbaik dari sebuah
komunitas dan seringkali pemimpin-pemimpin pemerintahan. Kemiskinan pedesaaan
secara atribut yang sejenis untuk diseleksi migrasi-keluar. Kepadatan populasi
(baik kepadatan desa yang rendah dan akibat negatif dari tingginya kepadatan)
adalah bagian lain dari sebuah teori pertumbuhan isi lingkup variable dalam
pengetahuan social yang menggunakan alat GIS untuk melacak kesempatan dinamis
ruang dan kemiskinan (Bradshaw & Muller, 2003)
5. Kemiskinan Akumulatif
Empat teori terdahulu
mendemonstrasikan adanya kompleksitas sumber-sumber kemiskinan dan varietas
strategi dalam menghadapinya. Teori akhir kemiskinan lebih lanjut akan lebih kompleks dan pada
beberapa tingkat akan membangun komponen dari setiap teori-teori lain yang akan
terlihat oleh individu dan komunitas mereka sebagai pilinan kesempatan dan
masalah, dan suatu masalah yang mendominasi maka akan menutup kesempatan
lainnya dan membentuk kumpulan masalah yang akan membuat respon efektif yang
hamper tidak mungkin terjadi (Bradshaw, 2000). Penjelasan peredaran secara
eksplisit terlihat pada situasi individu dan sumber-sumber komunitas sebagai
ketergantungan secara mutual dengan ekonomi yang labil, sebagai contoh,
menciptaka individu-individu yang kurang memiliki sumber daya untuk
berpartisipasi dalam ekonomi, maka akan membuat keberlangsungan ekonomi menjadi
lebih sulit bagi komunitas yang masyarakatnya membayar pajak lebih sedikit.
Teori ini mengambil dari teori
ekonomi asli Myrdal (1957, hal 23) yang mengembangkan sebuah teori tentang “keterkaitan sirkulasi, ketergantungan dengan
proses penyebab kumulatif” yang dapat membantu untuk menjelaskan ekonomi yang
belum berkembang dan berkembang. Myrdal menjelaskan bahwa seseorang dan
komunitas yang baik saling bergantung dalam aliran konsekuensi negative, dan
bahwa penutupan sebuah pabrik/ krisis lain dapat menyebabkan masalah bagi
seseorang dan komunitas termasuk migrasi orang-orang dari sebuah komunitas.
Jadi ketergantungan factor-faktor secara actual menciptakan kemiskinan yang
mendorong sebuah penolakan siklus yang telah dimulai.
Di suatu tempat dimana siklus
kemiskinan telah dijelaskan secara benar dalam sebuah buku tentang pendidikan
pedesaan oleh Jonathan Sher (1977) yang memfokuskan pada sebuah siklus dimana
pendidikan dan pekerjaan dalam interaksi sebuah level komunitas dan individu
untuk membentuk pilinan ketiadaan investasi dan penolakannya, sedangkan dalam
komunitas yang lebih maju factor-faktor serupa tersebut berkontribusi untuk
membangun dan kemakmurannya. Contohnya, pada level komunitas, kurangnya
kesempatan pekerjaan akan mendorong migrasi- keluar, penutupan toko-toko
grosir, dan penurunan pendapatan pajak local akan mendorong kemerosotan
sekolah-sekolah sehingga akan menghasilkan para pekerja yang kurang terlatih,
firma-firma besar tidak akan mampu untuk menyediakan teknologi dan bagi
ketidakmampuan untuk merekrut firma-firma baru dalam area tersebut, sehingga
akan mengundurkan lebih banyak generasi pekerja yang kurang terlatih.
Siklus ini akan terjadi
berulang kali pada level individu. Kurangnya pekerjaan akan menyebabkan
kurangnya konsumsi dan belanja dikarenakan oleh ketidaksetaraan pendapatan dan
oleh karena ketiadaan tabungan, hal itu berarti bahwa individu-individu
tersebut tidak dapat menginvestasi pelatihan, dan individu-individu yang kemampuannya
kurang untuk dapat berinvestasi dalam bisnis-bisnis atau untuk memulai usaha
mereka sendiri, maka akan menyebabkan kurangnya ekspansi, erosi pasar, dan
ketiadaan investasi sehingga kesemua factor tersebut akan dapat menyebabkan
ketidak setaraan dalam komunitas. Masalah-masalah kesehatan dan ketidakmampuan
untuk membayar pengobatan preventif, diet yang baik dan tinggal dilingkungan
yang sehat menjadi beberapa alasan bagi orang miskin selanjutnya jauh
tertinggal dibelakang. Ditambahkan , siklus kemiskinan berarti bahwa
orang-orang yang kurang cukup pendapatannya maka ia akan gagal berinvestasi
dalam pendidikan anak-anaknya. Anak-anak mereka tidak akan belajar dengan baik
di sekolah-sekolah dengan kualitas yang jelek, dimasa depan mereka akan jauh
ter
Penjelasan singkat siklus
kemiskinan ini ada dalam teori-teori terdahulu. Teori ini menunjukan bagaimana
orang-orang menjadi tidak bermanfat dalam konteks social mereka, yang
selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan psikologis pada tingkat individu. Berbagai
macam factor struktur dan politis dalam teori siklus saling memnperkuat satu
sama lain, dengan factor-faktor ekonomi yang berkaitan dengan masyarakat dan
variable-variabel politik dan sosial. Mungkin hal ini adalah nilai terbesar dan
mungkin secara eksplisit berkaitan dengan factor-faktor ekonomi pada level
individu dengan factor-faktor struktur yang bekerja pada sebuah level
geografis. Sebagai teori kemiskinan, teori siklus menunjukan bagaimana
masalah-masalah kumulatif tersebut berlipat ganda dan hal ini mendorong
spekulasi sehingga jika salah satu rantai dalam pilinan tersebut rusak, maka
siklus tersebut tidak dapat dilanjutkan. Masalahnya adalah bahwa rantai-rantai
tersebut sulit untuk dirusak karena setiap rantai tersebut diperkuat oleh
bagian-bagian lain dari system pilinan tersebut.
C. Solusi alternatif pengentasan kemiskinan
menurut persepektif Islam
Setelah kita mengupas sedikit
tentang kemiskinan baik dari devinisi, teori, dan macam-macamnya, ada gambaran
solusi yang adapt penulis tawarkan. Solusi ini tentunya berangkat dari teori
dan macam kemiskinan. Diatas dijelaskan terdapat lima teori dan macam
kemiskinan. Maka solusi yang penulis kemukakan juga ada lima garis besar yang
perlu kita pahami.
- Program Anti Kemiskinan Dari Perspektif Kemiskinan
- Individual
Praktek pembangunan
kemiskinan, melekat pada decade kemakmuran dan kebijakan social, yang secara
frekuensi berkaitan dengan program-program yang bertujuan untuk menanggulangi
masalah kemiskinan berdasarkan pada teori defisiensi individu. Kunci inisiatif sekarang ini adlah untuk
mendorong orang miskin untuk bekerja sebagai tujuan dasar, seperti apa yang
disebut oleh Maskovsky “consensus pekerja”. Tentusaja pergerakan ini di
dampingi oleh peningkatan perhatian dalam strategi “bantuan sendiri” bagi orang
miskin untuk keluar dari kemiskinan, strategi tersebut diperkuat oleh eliminasi
bentuk bantuan lain (Maskovsky, 2001. hal 472-473). Mengumpulkan kredit pajak
pendapatan adalah salah satu aspek strategis untuk meyakinkan orang miskin
bekerja meskipun dibawah upah standar.
Namun, dari sebuah perspektif
pembangunan komunitas, penujukan kemiskinan dengan pemfokuskan pada
karakteristik individual dan pilihan-pilihan yang buruk meningkatkan komflik
pundamental dalam filosofi dan apa yang diketahui untuk menuju keberhasilan.
Keinginan pembangunan komunitas menjauhkan diri dari penyalahan individu dan
program level individu biasanya diletakan pada usaha komunitas dengan
pengembangan komunitas yang sangat alami. Jadi, program anti kemiskinan dalam
pembangunan komunitas ditujukan untuk menentang strategi-strategi yang
menghukum atau mengubah individual sebagai sebuah solusi untuk kemiskinan,
meskipun bekerja dengan kebutuhan individu dan kemampuan adalah sebuah objektif
konstan. Ketegangan ini akan terjadi dalam pelaksanaan program anti kemiskinan.
Namun, banyak program anti
kemiskinan sementara tidak di desain dengan penuh perasaan; mereka menggunkan
hukuman dan ancaman hukuman ahar dapat mengubah tingkah laku dan mengeluarkan
orang tersebut dari bantuan public (lihat O’Connor, 2001; Quigley; 2003).
Cintoh terbaik dari respon ini untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan cara
mengurangi jumlah tahun seseorang yang diperlukan dalam bantuan keluarga dan
untuk memerlukan partisipasi dalam aktifitas kerja setelah 2 tahun kemakmuran
(lihat Levitan et al.,2003, hal 59-72) adalah sebuah inti bagian konservatif
secara politis (yang dinamakan secara ironis) Tanggung Jawab Pribadi dan
Tindakan Rekonsiliasi Kesempatan Kerja (PRWORA). Ancaman dalam pemutusan
bantuan dipercaya dapat mengubah tingkah laku sejak seseorang akan kehilangan
bantuan setelah 5 tahun. Program lain yang telah saya pelajari (MERCAP)
mengurangi pembayaran bantuan bagi para keluarga jika anak-anak mereka gagal
untuk masuk sekolah; hal tersebut diharapkan agar anak-anak akan lulus dari
sekolah menengah atas dan tidak akan menjadi generasi lain penerima kemakmuran.
Dalam studi ini ditemukan bahwa hukuman sedikit dilakukan untuk mengubah
tingkah laku meskipun atensi dari guru-guru dan administrator sekolah membantu
untuk mengidentifikasi alasan-alasan yang lebih kompleks untuk keberadaan
sekolah yang miskin(Campbell & Wright, 2005).
Namun usaha anti kemiskinan
level individual memiliki sebuah komponen sosial. Yang pertama jaringan
pengaman yang dapat dipercaya dapat membantu orang-orang yang sebaliknya tidak
dapat untuk membantu dirinya sendiri adalah benar-benar tanggung jawab
pemerintah. Orang cacat, manula, anak-anak dan bahkan orang yang tidak
beruntung adalah bagian dari komunitas, dan tanpa penghakiman, kebutuhan
individual mereka dapat dicukupi dengan tindakan kolektif. Sebuah jaringan
pengamanan, tanpa konotasi peoratif, adalah sebuah kunci kesopanan. Membuat
sebuah jaringan pengamanan dan tersedia diterima secara luas.
Ditambahkan, untuk memperluas
bahwa pembuat kebijakan atau para pemimpin program melaksanakan teori
kemiskinan tersebut. Hal itu, sepertinya mereka akan mencapai pendekatan
pembangunan komunitas untuk memecahkan masalah kemiskinan. Jadi, meskipun
pandangan sosial yang luas bagi para individu adalah bertanggung jawab terhadap
kemiskinan mereka sendiri, para pengembang komunitas melihat ke teori-teori
kemiskinan untuk pendekatan-pendekatan yang lebih positif.
- Program anti kemiskinan dari sebuah kultur perspektif kekayaan
Dari sebuah perspektif
perkembangan masyarakat, apakah alasan teoritis untuk kemiskinan di dalam
nilai-nilai dan keyakinan, dipindahkan dan didorong kembali dalam sub kultur
pada seseorang yang sudah tidak berbudaya, kemudian usaha lokal anti kemiskinan
membutuhkan untuk pelaku yanbg diwawancara untuk menolong perubahan kultur.
Sosialisasi ini sebagai kebijakan dimana dapat bekerja dalam tiga cara yang
didasarkan pada saran dari Valentine (1968) atas beberapa model yang berbeda
tentang kemiskinan teori budaya:
a. Jika seseorang merasa bahwa kultur miskin
dari sistem kepercayaan disfungsional dan pengetahuan pendekatan ini akan
memindahkan budaya denagn sebuah kultur fungsional yang lebih mampu mensuport
lebih banyak dari pekerjaan di bawah pola pikir yang bersifat produktif, investasi
dan tanggung jawab sosial.. Banyak eksperimen dimana mereka dicoba dengan hasil
yang bervariasi, perelokasian orang miskin dari pemukiman bangsa Ghetto menuju
kedaerah pinggiran dengan harapan bahwa kultur yang baru akan menolong keluarga
dari kemiskinan. (Goetz, 2003 Goering, Feins & Richardson, 2003)
b. Selain itu pula, jika seseorang berfikir
bahwa budaya kemiskinan sebagai sebuah pemahaman dan sub kultur yang tidak
produktif dan menghidupkan generasi-generasi kemudian fokusnya akan memberikan
support pada pemuda untuk menghentikan ketidak kreatifan kultur detrimental.
Sama halnya dengan para pengembang komunitas yang sering dibutuhkan dalam
membantu program-program paska sekolah untuk para remaja dimana budaya miskin
ini dapat dimonitor dan nilai-nilai sosial yang bersifat positif dapat dibangun
walaupun memindahkan para pemuda-pemuda jalanan dari lingkungan buruk mereka
dan tingkah laku detrimental (kejahatan/buruk) mereka. Program-program ini
merupakan kebijakan yang cukup familiar digunakan (Levian et al., 2003) karena
program-program ini diyakini dapat merubah kultur para pemuda sementara
nilai-nilai mereka dan norma-norma mereka masih belum terbangun dengan baik.
c. Sebuah pendekatan ketiga pada budaya
kemiskinan adalah untuk mencoba bekerja dengan budaya untuk mengembalikan makna
dari strategi-strategi kultur yang utama untuk memperbaiki nilai-nilai
kepemilikan berkelompok. Sebagai contoh, sebuah pengembang komunitas dapat
memperkuat dan membangun nilai-nilai kultural dengan sub kultur pada kemiskinan
yang dapat menjadi aset untuk perkembangan ekonomi. Kerjasama kerajian lokal
contohnya adalah, program-program yang berada pada bisnis industri dan budaya
kecil dan kewirausahaan yang diperoleh di dalam sub kultur sebagai perbedaan
pada perpindahan daerah-daerah urban dan kelas menengah dari penduduk asli.
Institusi- Institusi dengan kelompok tradisional ini atau strata yang
masing-masing saling berkreasi dan mengembangkan bisnis yang di dokumentasikan
dengan baik di dalam literatur. Walaupun program-program yang mempromosikan
kewirausahaan mikro sebagai bagian dari kemiskinan adalah sering di jual lebih
(Gold Stein, 2001), program-program yang bersifat belum nyata dari Grameen Bank
sebagai jalan keluar kemiskianan yang mengarahkan pada strategi-strategi
persaingahn kultural yang membanguhn kekuatan-kekuatan kelompok.
- Program anti kemiskinan dari struktur perspektif kemiskinan
Jika masalah kemiskinan adalah
sistem yang lebih dari dalam kemiskinan mereka, respon komunitas berkembang
harus mengganti sistemnya. Ini sangat mudah dikatakan tapi sulit dikerjakan
yang memungkinkan penjelasnnya mengapa banyak program polis kembali pada
percobaan untuk mengganti tingkah laku individual. Bagaimana mendapat lebih
dari satu pekerjaan meningkatnya sekolah untuk kemiskinan, jumlah pendapatan
distribusi pemindahan prasangka diskriminasi dari perumahan, perbankan,
pendidikan, dan lingkungan, dan jumlah jaminan partisipasi politik oleh orang
miskin?
Pergantian sistem dapat ditentukan pada tiga level.
Dari level bawah pergerakan sosial dapat
menggunakan tekanan pada bagian dari system yang mudah mendapatkan kritikan
untuk memaksa terjadinya sebuah perubahan. Walaupun kebanyakan penelitian
menunjukan adanya kemunduran terhadap dukungan gerakan social masyarakat
miskin, Rank (2004, hal 189-191) mengemukakan bahwa perubahan dapat dilakukan
untuk mendukung adanya pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat miskin dan
system yang lebih efektif semenjak munculnya bagian dalam bukunya yang
berbunyi, “ kemiskinan di Amerika memepengaruhi kita semua.” . Masyarakat yang
di organisasikan pada tradisi Alinsky
(1945) telah membantu mengurangi angka kemiskinan di Negara ini (Rank, 2004 hal
233).
Strategi kedua dalam
pembangunan masyarakat untuk melakukan perubahan pada system yang melibatkan
penciptaan dan pengembangan badan-badan alternative yang memiliki akses,
keterbukaan dan kemauan untuk membantu kaum miskin untuk meraih hidup yang
lebih baik.
Akhirnya, perubahan dapat
terjadi melalui proses kebijakan (Page & Simmons, 2000) jarak antara
kebijakan sosial dan federal dapat disesuaikan dengan menyempurnakan program
pengurangan kemiskinan yang meliputi menyediakan lapangan pekerjaan, menaikan
upah, memperluas jaringan keamanan menjamin akses yang efektif bagi perawatan
kesehatan, dan mengkoordinasi program-program asuransi sosial.
- Program Anti Kemiskinan dari sebuah Geografi Perspektif Kemiskinan
Sebuah teori geografis
kemiskinan mengimplikasikan bahwa respon-respon perlu untuk diarahkan ke dalam
kunci dinamis yang mendorong untuk menolak berada dalam area depresi sedangkan
area-area lain sedang bertumbuh. Daripada memfokuskan pada individu-individu, bisnis-bisnis, pemerintahan,
dan system kemakmuran, atau proses cultural, teori geografis mengarah pada
pengembang-pengembang komunitas untuk melihat pada tempat-tempat dan
proses-proses yang akan dapat menjadikan mereka dapat menyokong dirinya
sendiri. Secara menarik, beberapa komunitas yang kurang bermanfaat di seluruh
dunia menemukan jalan keluar dari kemisikinannya dan seperti yang telah
ditunjukkan bahwa hal tersebut dapat dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut sulit
seperti yang dijleaskan oleh Morrill dan Wohlenberg (1971, halaman 119
Beberapa pendekatan diambil untuk
membangun
area-area geografis
yang lebih kuat; contoh- contoh dibawah
ini
dapat menunjukkan daripada daftar yang lengkap.
a. Perbaikan kompetisi industri local melalui
pembangunan kelompok (Blakely & Bradshaw, 2002) atau pembangunan komunitas
kreatif (Florida, 2002)
b. Zona-zona usaha, pembangunan ulang, dan
pajak lain-bedasarkan program insentif untuk mempromosikan perkembangan ekonomi
dan saluran investasi pribadi
c. Pencantuman zona, perumahan yang dapat
dijangkau, dan program-program serupa yang menggantikan kondisi dalam
pembangunan
d. Investasi dalam infrastruktur, termasuk
jalan tol antara negara bagian, taman-taman, air, pembuangan limbah,
sekolah-sekolah, dan fasilitas-fasilitas public lainnya.
e.
Pengaturan komunitas
f. Re investasi nasional dan regional yang
mengubah dana-dana dari satu area ke area yang lain, seperti sebuah komitmen
yang membantu Amerika Serikat bagian Selatan untuk dapat berkembang setelah
perang dunia kedua.
Pendekatan
pembangunan komunitas melalui visi komunitas, perencanaan dan khususnya
investasi komunitas yang terpusat untuk membantu mengembalikan area-area yang
tidak tertekan dan tempat-tempat dimana kemiskinan merajalela. Karena
pengembang-pengembang komunitas memahami komunitasnya, maka usaha mereka
seringkali memepengaruhi asset-aset komunitasnya, integrasi pembangunan ekonomi
dalam sebuah area dengan rumah dan factor-faktor alokasi ruang yang lain, dan
dengan harapan akan terjadi perubahan yang dapat meningkatkan kesempatan bagi
para penghuninya.
- Program Anti Kemiskinan Dari Siklus Perspektif Kemiskinan
Kompleksitas siklus kemiskinan
berarti bahwa solusi-solusi tersebut pastilah sama kompleksnya. Kemiskinan
memiliki banyak aspek tetapi usaha –usaha anti kemiskinan kita kelihatannya
berfokus hanya pada bagian-bagian solusi. Pengembang-pengembang komunitas ahli
dalam mengapresiasi ketergantungan bagian-bagian yang berbeda dalam komunitas.
Dan solusi mereka adalah mencoba untuk menunjukan isu-isu seperti
kemiskinan-kemiskinan dari pendekatan dari berbagai sudut pandang.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk memecah siklus kemiskinan adalah
kompleks. Namun, inisiatif berbagai cabang menawarkan sebuah solusi yang lebih
baik untuk menanggulangi kemiskinan daripada pendekatan-pendekatan single.
Inisiatif pengembangan komunitas yang berwacana luas dilekatknan pada beberapa
program anti kemiskinan yang paling sukses seperti korporasi pembangunan
komunitas, proyek-proyek revitalisasi lingkungan local dan usaha-usaha lain
yang berakar pada pemecahan masalah dengan manajemen organisasi yang
terdiversifikasi. Batasan pertama pada keempat teori kemiskinan mendorong kita
untuk melihat lebih dekat pada siklus-siklus. Sebuah langkah penuh dari
kemiskinan memerlukan enam elemen ketergantungan kecukupan sendiri yang dapat
di identifikasikan dan dijelaskan oleh (Miller et al, 2004) :
a. Pendapatan dan asset-aset ekonomi,
b.
Pendidikan dan ketrampilan,
c. Perumahan dan lingkungannya (keselamatan,
menarik),
d. Akses untuk perawatan kesehatan dan
pelayanan social yang diperlukan lainnya,
e. Keterikatan pribadi yang lebih dekat,
sebaik mana jaringan dengan yang lain,
f. Akal pribadi dan kemampuan kepemimpinan.
Sebuah bagian yang esensi dari
pendekatan komprehensif ini dalam membantu individu-individu dari kemiskinan
adalah bahwa tidak ada jalan bagi public yang dapat melakukan hal tersebut bagi
setiap orang tanpa adanya peningkatan capital social dulu diantara
komunitas-komunitas atau sub kultur-sub kultur orang miskin tersebut.Miller
memiliki keyakinan yang kuat bahwa keterkaitan antar pribadi yang kuat seperti
yang ada di desa-desa atau kelompok-kelompok yang terorganisasi dapat membantu
yang tidak akan dapat dilakukan oleh para professional. Kuncinya adalah
membantu kelompok-kelompok orang miskin tersebut dalam membangun komunitas yang
saling mendukung dengan berbagi kepercayaan dan mutualitas. Program ini secara
sadar mencari manfaat-manfaat pembangunan capital social (mengikuti Putnam,
2000) berdasarkan “kelompok-kelompok afinitas dimana orang-orang saling berbagi
ketertarikan yang sama dari etnik, agama, sejarah agama, tempat tinggal,
sumber-sumber persahabatan lain.
Dalam menghadapi tugas yang
berlebihan dalam membantu baik orang-orang miskin dan lingkungan tempat tinggal
mereka yang miskin, maka tidak ada jawaban yang mudah dalam memecahkan siklus
kemiskinan tersebut. Pemetaan asset (Kretzmann & McKnight, 1993) menawarkan
sebuah cara untuk mengidentifikasi apapun penguat yang dimiliki komunitas dan
untuk menggunakannya dalam memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif,
organisasi yang telah ada dengan akar dalam komunitas secara umum lebih efektif
dalam menjembatani dalam berbagai masalah dalam sebuah komunitas untuk
menghadapi siklus kemiskinan dari pada organisasi tunggal baru yang bertujuan.
Program-program pembangunan
komunitas membentuk usaha-usaha mereka disekitar tiga focal point untuk
memecahkan siklus kemiskinan. Struktur program-program ini, seperti teori
siklus itu sendiri, mengkombinasikan antara strategi dan alat dari respon
terhadap teori-teori kemiskinan yang lain.
a. Program Komprehensif. Stategi awal dalam
pemecahan siklus kemiskinan adalah dengan membangun program komprehensif.
Program komprehensif yang dimaksud termasuk diantaranya adalah berbagai macam
pelayanan yang menjembatani anatara kebutuhan individu dan komunitas.
b. Kolaborasi. Kunci untuk mengatur
program-program ekstensif tanpa menjadikannya terlalu tidak terkontrol adalah
dengan mengkolaborasikan diantara organisasi-organisasi berbeda dalam
menyediakan pelayanan-pelayanan pelengkap adalah dengan kombinasi-kombinasi
usaha, output yang lebih besar daripada apa yang dapat mereka lakukan sendiri.
Kolaborasi melibatkan jaringan diantara para partisipan, meskipun koordinasi
dapat menjadi berbagai macam dari formal ke informal.
c.
Pengaturan
komunitas. Akhirnya pengaturan komunitas adalah sebuah alat dimana orang-orang
lokal dapat berpartisipasi untuk memahami bagaimana kehidupan pribadi mereka
dan komunitas yang baik yang saling terkait. Memecahkan siklus kemiskinan harus
melibatkan individual tersebut untuk berpartisipasi dalam sebuah komunitas
begitu juga sebaliknya, seperti individual-individual yang memebentuk pilinan yang
menurun jika mereka dan komunitasnya berinteraksi dalam siklus kegagalan. Bagi
orang miskin, kekuasaan adalah pusat dari masalah ini.
Hal yang
menarik dalam pendekatan untuk kemiskinan ini adalah paling sedikitnya yang
secara umum dijelaskan pada literature kemiskinan, akan tetapi masyarakat –
berdasarkan contoh-contoh yang ada bilamana keberhasilan juga didiskusikan.
Tidak terdapat komunitas komprehensif - berdasarkan program pemenuhan sendiri
dari pemerintah federal atau Negara-negara bagian lainnya. Apa yang dapat
dilakukan untuk membangun komunitas dan memperbaiki kehidupan orang-orang
miskin. Kunci dari kesuksesan tersebut adalah partisipasi yang kuat.
IV.
KESIMPULAN
A. Pengertian Kemiskinan
Dengan berbagai sudut pandang
para pakar yang mendalami kemskinan ada dua alasan adanya kemiskinan di muka
bumi ini. Pertama dikarenakan sebagai sunattullah yang mesti tak terbantahkan
bahwa kelengkapan dunia ada kaya dan ada miskin. Kedua kemiskinan ada yang
terbentuk karena faktor-aktor luar tertentu yang disengaja maupun tanpa
sengaja.
B. Teori-Teori dan Macam-Macam kemiskinan
Sedikitnya ada lima teori dan
macam-macam kemiskinan yang sementara ini dapat disampaikan yaitu; kemiskinan
individu, kemiskinan kultural, kemiskinan struktur politik dan ekonomi,
kemiskinan geografi dan kemiskinan akumulasi.
C. Solusi alternatif pengentasan kemiskinan
Sejalan dengan teori dan macam
kemiskinan maka solusi pengentasan kemiskinan membuat lima program anti
kemiskinan yaitu program anti
kemiskinan dari siklus perspektif kemiskinan individu, kultur, struktur politik
dan ekonomi, geografi dan kumulatif
Daftar
Pustaka
Prof. Dr. Yeremias T. Keban, SU, MURP, Enam
Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu, Yogyakarta,
Gavamedia, 2008
Oscar Lewis Scientific
American, Oktober 1966, dikutip dalam
Ryan,1976.
Myrdal. Ekonomi Asli 1957, hal 23.
Wilson, The Truly
Disadvantaged ’1987,
Niles Hansen.Rural
Sociological Society, 1990 halaman 71-74).
Mantap pak... .!
ReplyDeleteIZIN COPAS
ReplyDelete