1. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan
Aspek sosial budaya setiap perkawinan berdasarkan
pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Pada fase pertama adalah
bulan madu pasangan masih menjalanj hidup dengan penuh kebahagiaan, dan
hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan. Pada fase perkenalan
kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari
pasangan. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses
penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Apa bila sukses dalam menerima
kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan.
Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan
membuat peraturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan
sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya, faktor pendukung
keberhasilan penyusuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling
memberi dan menerima cinta, ekspresi, saling menghormati dan menghargai, saling
terbuka antara suami istri. >>>
Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan
suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola – pola perilaku
yang dimainkan oleh suami maupun istri,serta kemampuan menghadapi dan menyikapi
perbedaan yang muncul, sehingga kebahagian dalam hidup berumah tangga akan
tercapai.
1.1. Salah
Satu Contoh Aspek Sosial Budaya Perkawinan Di Provinsi Aceh
Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di
dalam budaya masyarakat Aceh sebab hal ini berhubungan dengan nilai–nilai
keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh
masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian
aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh
(suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian perkawinan.
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta
perkawinan dilangsungkan terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara
meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki – laki dan pengantin
perempuan di rumahnya masing – masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki
pengantin dihiasi dengan inai.
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka
diadakan acara pernikahan.Setelah selesai acara nikah, linto baro di bimbing ke
pelaminan persandingan, di mana dara baro telah terlebih dahulu duduk menunggu.
Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan untuk menyembah suaminya.
Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah dara baro
teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang
disebut dengan pengseumemah (uang sembah).
Selama acara persandingan ini, kedua mempelai
dibimbing oleh seorang nek peungajo. Biasanya yang menjadi peungajo adalah
seorang wanita tua. Kemudian kedua mempelai itu diberikan makan dalam sebuah
pingan meututop (piring adat) yang indah dan besar bentuknya. Selanjutnya kedua
mempelai tadi di peusunteng (disuntingi) oleh sanak keluarga kedua belah pihak
yang kemudian diikuti oleh para jiran (tetangga). Keluarga pihak linto baro
menyuntingi (peusijuk / menepung tawari) dara baro dan keluarga pihak dara baro
menyuntingi pula linto baro. Tiap – tiap orang menyuntingi selain menepung
tawari dan melekatkan pulut kuning di telinga temanten, juga member sejumlah
uang yang disebut teumentuk.
Acara peusuntengini lazimnya didahului oleh ibu
linto baro, yang kemudian disusul oleh orang lain secara bergantian.
Apabila acara peusunteng sudah selesai, maka
rombongan linto baro minta ijin untuk pulang ke rmahnya. Linto baro turut pula
dibawa pulang. Ada kalanya pula linto baro tidak dibawa pulang, ia tidur di
rumah dara baro, tetapi pada pagi – pagi benar linto baro sudah meninggalkan
rumah dara baro. Karena malu menurut adat, bila linto baro masih di rumah dara
baro sampai siang.
1.2. Berdasarkan
Pola Penyesuaian Perkawinan Dilakukan Secara Bertahap
Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih
menjalanj hidup dengan penuh kebahagiaan, dan hal itu karena didasari rasa
cinta diawal perkawinan. Pada fase perkenalan kenyataan, pasangan mengetahui
karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan. Pada fase kedua
mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya
perbedaan yang terjadi. Apabilka sukses dalam menerima kenyataan maka akan
dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan sukses
mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan membuat peraturan dan
kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya, faktor pendukung
keberhasilan penyusuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling
memberi dan menerima cinta, ekspresi, saling menghormati dan menghargai, saling
terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan
suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola – pola perilaku
yang dimainkan oleh suami maupun istri,serta kemampuan menghadapi dan menyikapi
perbedaan yang muncul, sehingga kebahagian dalam hidup berumah tangga akan
tercapai.
Faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian
aspek sosial budaya terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa
menerima perubahan sifat dan kebiasaan diawal pernikahan, suami maupun istri
tidak berinisiatif menyelesaikan masalah,perbedaan budaya dan agama diantara
suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugas nya dalam
berumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri
menyikapi perubahan, perbedaan,pola penyesuaian serta hal – hal baru dalam
perkawinan sehingga masing – masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu
sama lain.
II. 2. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Trimester
Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin.
Memahami perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk
mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Masa
kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tiga fase ini antara lain :
1. Trimester I (minggu 1 – 12)
Pada masa ini biasanya ibu hamil masih bertanya-tanya,
apakah benar telah hamil? Tanda-tanda kehamilan awal seperti mual dan muntah
karena perubahan hormon terjadi di trimester ini. Perubahan kebiasaan seperti
merokok, minum alkohol, harus dihentikan di masa ini. Mulailah minum susu
khusus ibu hamil sejak awal kehamilan. Pelajari juga pantangan makanan dan
minuman untuk ibu hamil muda.
• Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu
ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma
bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
• Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
- Sistem
syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
- Mata,
mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
- Janin
berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang
besar
• Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
- Semua
organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.
- Aktivitas
otak sangat tinggi.
2. Trimester II (minggu 13 – 28)
Mual dan muntah mulai menghilang. Bayi berkembang
pesat pada masa ini dan mulai bergerak. Olah raga ringan, menjaga kebersihan
dan diet ibu hamil diperlukan di masa ini.
• Pada
minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan
janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
• Jaringan kuku, kulit dan rambut
berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21
• Indera
penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat
membuka dan menutup.
• Janin
(fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.
3. Trimester III (minggu 29 –
kelahiran)
Tubuh ibu hamil makin terlihat membesar. Kadang ibu
hamil harus berlatih menarik nafas dalam untuk memberikan oksigen yang cukup ke
bayi. Ibu hamil perlu istirahat yang cukup, jangan berdiri lama-lama, dan
jangan mengangkat barang berat pada masa ini.
• Semua organ tumbuh sempurna
• Janin
menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta
periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa
bangun.
• Paru-paru
berkembang pesat menjadi sempurna.
• Pada
bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
• Berat
bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri
dari 3macam faktor antara lain :
1. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh
status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat
diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan
terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
2. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti
stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan
berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah
lahir nanti.
Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
3. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya
hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat
dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh
terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan ysng dipantang
adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu
hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya.
Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang
cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di
tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses
kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.
II.3. Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III dan
IV
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola
kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang
begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek
sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan
salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak
perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih
banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering
kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan
akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan
dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih
banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya
preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu
yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat
melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada
kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya
kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan
oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya
angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang
dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa
Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang
kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku
pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang
makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar
sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi,
berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita
hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat
di daerah pedesaan.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di
rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan
rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan
tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau
"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan
kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan
dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan
pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara
dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang
berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari.
Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang
ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek
tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu
hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan
yaitu kematian atau bertahan hidup.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan).
Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional
dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini
sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga
karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama
di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih
harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di
tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat
menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak
jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat
oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan
kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala
ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan
biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,
faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan
disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat
bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau
anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun
anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya,
ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI;
ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh
dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya
mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan atau memberi
jamu tertentu untuk memperkuat tubuh
Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman
air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah bisa membuat
mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi,
harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini
hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi
sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun
kecilnya normal.Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh
minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada,
tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah
naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan
jalan operasi.
Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak
menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi
lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak
normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera
konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika
vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus
diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air
ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak
kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang
janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok
minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Minum
madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh
sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum
madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat
yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya
kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah
kalori.
Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan
persalinan. Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran.
Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk
masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena
bisa mengakibatkan keguguran. Makan
daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang
membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami
dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa
berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami
kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu
dapat ditangani segera.
Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor
mental dan fisik si ibu
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang
normal dan seimbang dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu,
terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja
persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang
siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor
lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah
menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil,
apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau
tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena
akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas
saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar,
kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja.
II.4. Aspek
Sosial Budaya Pada Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu aspek
sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan. Adapun berbagai macam-macam aspek sosial budaya
pada masa nifas baik di masyarakat desa maupun masya-rakat
kota
1. Macam-macam
aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota
• Pada
masa nifas ibu dilarang memakan telur, daging, udang, ikan laut dan lele,
keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang
berminyak. Karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang
agar ibu dan bayi menjadi sehat .
• Setelah
melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa
garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan
makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi. Karena dapat menghambat
penyembuhan luka sebab pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka .
• Pada
masa nifas, ibu dilarang tidur siang . Akibatnya ibu jadi kurang istirahat dan
biasa sakit akibat kecapean
• Pada
masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan yang padat
setelah waktu maghrib. Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas
setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Tapi hal tersebut menyebabkan ibu menjadi kurang gizi sehingga produksi ASI
berkurang.
• Ibu setelah melahirkan dan
bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.
Jika proses pemijatannya benar maka peredaran darah
ibu dan bayi menjadii lancer. Tetapi jika pemijatan yang dilakukan salah sangat
berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit,
sedangkan bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
• Masa nifas harus minum abu dari
dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI
banyak. Tindakan tersebut tidaklah membawa keuntungan karena abu, garam dan
asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk
memperbanyak produksi ASI nya.
• Masa
nifas tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim
Hal tersebut dibenarkan dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya terjadi infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
Hal tersebut dibenarkan dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya terjadi infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
2. Aspek sosial budaya pada masa
nifas pada daerah lain :
a. Harus
memakai sandal keman pun Bufas pergi, dalam kurun waktu 40 hari.
b. Harus
memakai stagen/udet/centing.
c. Minum
jamu agar rahim cepat kembali ke bentuk semula.
d. Memakai lulur param kocok seluruh
badan agar rasa capek cepat hilang.
e. Tidak boleh berbicara dengan
suara keras .
f. Tiap pagi harus mandi keramas
biar badan selalu segar dan peredaran darah menjadi lancar.
g. Ketika tidur ataupun sedang duduk
kaki diluruskan . Tidak boleh ditekuk/ posisi miring. Hal tesebut dapat
mempengaruhi posisi tulang , cos tulang pada bayi dan terjadi varises pada
ibu.
h. Harus banyak makan makanan bergizi seperti sayuran
hijau yang mengandung banyak vitamin.
i. Tidak
usah dipakaikan perhiasan karena dapat mempengaruhi pergerakan bayi.
j. Masa
nifas tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim.
III. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan
Bayi Baru Lahir (BBL)
III.1.1. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Bayi Baru
Lahir (BBL)
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai
berat sekitar 2.7 – 3.6 kg dengan panjang 45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan
sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-hari setelah kelahiran. Kemudian pada
akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi
yang baru lahir memerlukan beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah
selaput keras menutupi dua titik lunak dari kepala disebut fontanel. Dimana
tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan menutup dengan sempurna.
III.1.2. Pengertian Bayi Yang Baru Lahir
(BBL)
BBL
ialah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir < 2500 g. Istilah
BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur. Untuk
mendapatkan keseragaman, pada kongres “EUROPEAN PERINATAL MEDICINE II” di
Londong tahun 1970, diusulkan defenisi sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan ialah bayi
dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu (249 hari)
2. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan
mulai dari 37 sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)
3. Bayi lebih bulan ialah bayi
dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian tersebut, maka bayi dengan berat
badan lahir rendah dapat dipakai 2 golongan :
a. Prematuritas
murni bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
untuk masa kehamilan itu biasa disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan (NKB SMK)
b. Maturitas bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk kehamilan itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK). Berarti bayi mengalami
gangguan intra uterine dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK)
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hiduponya,
bayi berat lahir rendah dibedakan dalam 3 kelompok :
a. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) , berat lahir 1500 – 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), bert lahir
1000 – 1500 gram (<1500 gram="" span="">1500>
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER), berat lahir <1000 gram.="" span="">1000>
Bayi berat lahir rendah dipengaruhi dari beberapa
faktor :
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti:
umur ibu, umur kehamilan, paritos, berat badan dan tinggi badan, status gizi
(nutrisi), anemia, kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakit-penyakit
keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia, pendarahan dan lain-lain), jarak
kehamilan, kehamilan ganda, riwayat abortus.
2. Faktor
janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan
3. Faktor-faktor
bayi seperti jenis kelain dan ras
4. Faktor
lingkungan seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial
ekonomi dan budaya
5. Pelayanan
kesehatan (antenatal care)
No comments:
Post a Comment