Iklan
“dakwah” yang menggelitik, di sebuah surat kabar terpampang antara lain:
pelatihan shalat khusyuk, pelatihan tasawuf, pelatihan manajemen qolbu dan
sejenisnya. Sentuhan dan kemasan ilmu dan art (untuk tidak menyebut
intertainment) yang mengitari substansi dakwah yang akan disampaikan,
menyebabkan para peminat harus mengeluarkan sejumlah dana agar dapat mengikuti
“pengajian” tersebut.>>>
Ilmunya
berasal dari wahyu, hadits, hingga kitab-kitab klasik yang disusun oleh
cendekiawan muslim abad pertengahan. Art-nya diramu dari berbagai
kecenderungan dunia yang umumnya mengarah pada penggunaan teknologi informasi
dan nuansa hiburan (intertainment). Apa pun materinya, asal disampaikan secara
menarik dan menghibur pasti disukai oleh audiens.
Kalau mau jujur, para dai yang mengembangkan model
pengajian dengan judul pelatihan itu, tidak pernah bersusah payah membangun teori tentang manajemen hati, shalat khusyuk
atau tasawauf.
Sebagian
besar konsep dan basis teoritik pelatihannya “bajakan” dari Alquran, hadis,
atau pemikiran tokoh sekelas al-Ghazali misalnya. Dalam bayangan saya, al-Ghazali misalnya, tentulah akan
menerima royalti yang tak terhitung jumlahnya, baik royalti amal saleh maupun
royalty uang, dari para dai yang telah menjual teorinya tanpa izin.
Menurut
ulama zaman dulu, satu-satunya dakwah yang diperkenankan (maaf) meminta bayaran
adalah mengajar baca-tulis Alquran. Guru ngaji atau siapa saja yang telah
mengenalkan huruf alif ba’ kepada kita, merekalah yang paling berhak dihargai
sebagaimana mestinya. Ironisnya, tidak sedikit dai-dai yang kurang teteh baca
Alquran tetapi dihargai layaknya pemain sinetron, hanya karena mereka lebih
cerdas dalam hal acting dan strategi marketing.
Hari ini
memang eranya budaya pop. Yang dibutuhkan juga dai yang nge- pop. Hal yang
paling dekat dengan dunia pop adalah hiburan. Hiburan yang dikemas dengan agama
sekalipun tetaplah hiburan, lebih mementingkan luarnya ketimbang isinya.
Banyak
jamaah yang berduyun-duyun mendatangi pengajian, semata-mata bukan karena track
record dainya yang dikenal luas ilmu agamanya, tapi tidak sedikit yang
penasaran karena seringnya dai tersebut tampil di TV. Ada juga yang
penasarannya betapa indahnya bisa menangis di bawah sorotan lampu kamera.
No comments:
Post a Comment