Sejak jaman dahulu Rumah sakit
sebagai sarana pelayanan kesehatan. Namin saat ini di hadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik dan mampu membeli pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau
dibutuhkan ( Martoyo, 1998 ). Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang
murah, nyaman sehingga memberi kepuasan ( sembuh cepat dengan pelayanan yang
baik ). Rumah sakit perlu mengembangkan suatu system pelayanan yang didasarkan
pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan
dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat ( Martoyo, 1998 ). >>>>
Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan
kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan
kebidanan ) untuk masyarakat, menggunakan bebagai sumber daya seperti
ketenangaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu ( timpe, 2000 ). Pelayanan
kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan
yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan professional ataupun global Wheeler, (1999) dalam Hamid (2001).
Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu aanya pendekatan
social budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.
Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu
adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki
pengetahuan yang adekuat, menggunakan pendekatan asuhan kebidanan. Bidan dapat
menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan
budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
PENDEKATAN DALAM SISTEM KESENIAN TRADISIONAL
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo
Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup
bermasyarakat / berke-lompok.
b. Ahdian
karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam
suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dalam rohaninya penerimanya Merupakan produk dari manusia
sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat mencykuoi kebutuhan fifiknya,
maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya
manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga pandangan
indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian. Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan
secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik
secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan
apresiatif. Dalam
kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita
memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata,
perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah
dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita,
khususnya penglihatan , perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya
terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang,
tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh menghayati
isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi
kehadirannya. Maka itu
dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati
terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati
berasal dari kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu
karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni
itu.
No comments:
Post a Comment